#25: Manuver

50 19 0
                                    

"Perjuangan tidak melulu soal maju dan menyerang. Terkadang juga soal berdiri dan bertahan."

Fiersa Besari


❤️❤️❤️

Matahari sudah semakin meninggi. Sinarnya terasa membakar kulit ketika upacara telah usai. Para siswa sudah akan beranjak meninggalkan lapangan ketika terdengar suara berdengung dari pengeras suara.

"Apaan, sih, itu?"

"Ih, berisik banget!"

"Kuping gue sakit."

Terdengar suara berkasak-kusuk ramai sebagai tanggapan dari kebisingan yang ada. Beberapa orang menoleh ke arah datangnya suara bising itu. Beberapa lagi saling menatap penuh tanya. Beberapa bahkan ada yang tidak peduli dan meneruskan perjalanannya ke kelas.

"Ardiaz Miryando!" teriak sebuah suara beberapa saat kemudian.

Atensi ratusan pasang mata langsung mengarah ke tengah lapangan tempat pengeras suara berada. Seorang gadis berponi dengan model potongan rambut di atas bahu sedang berdiri di sana menantang matahari. Teriakan yang baru saja terdengar adalah suaranya.

Pemuda yang disebut namanya oleh gadis itu pun menghentikan langkah. Memicing kesal ke arah gadis itu dengan wajah malas. Apa lagi yang akan gadis berisik itu lakukan?

"Mulai detik ini kita udah resmi, ya. Officially!"

Gadis itu berkata lagi dengan nada biasa. Tidak berteriak seperti sebelumnya. Namun, efek yang ditimbulkan justru lebih luar biasa. Pekikan terkejut, teriakan histeris, wajah menganga tak percaya, juga kasak-kusuk segera terdengar seantero sekolah.

Termasuk para guru yang langsung memberi respons dengan beragam reaksi.

Gadis bernama Anindya Milena itu telah menimbulkan kehebohan. Menyulut api perang di dada pemuda bernama Ardiaz Miryando yang menjadi objek dari kehebohan pagi itu.

"Dasar gadis gila!" umpatnya kesal.

Pemuda itu langsung memijat pelipisnya. Kepalanya mulai berdenyut, apalagi ketika menyadari berpasang-pasang mata sedang menatap ke arahnya. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian karena hal konyol.

Ini sudah keterlaluan. Gadis itu di luar ekspektasinya. Tidak menyangka ia bisa berbuat senekat itu dalam persaingan mereka. Jika sudah seperti ini, Diaz tidak punya pilihan lain.

Dya telah melemparkan umpan dan Diaz telah siap menerima lemparan umpan itu. Bahkan ia telah menyiapkan jebakan lain yang akan membuat Dya menyesal sudah melemparkan umpan lebih dulu.

❤️❤️❤️


"Eciye, akhirnya buat pengakuan. Akhirnya jadian. Officially!" goda Dodi yang sejak di lapangan tadi tidak henti mengoceh.

"Gokil, keren banget kan Dya. Udah kayak acara-acara variety show di televisi," timpal Rudi tidak kalah heboh.

"Gila emang kalian, nih. Yang satu nembak lewat majalah sekolah, yang satu nerima di lapangan upacara. Legend emang!" komentar Jonas sembari menatap keduanya takjub.

[END] Dopamin LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang