#1: Rival

498 103 126
                                    

"Posisi menentukan prestasi."


❤️❤️❤️

Suasana kelas XII IPA 1 pagi itu cukup riuh. Beberapa siswa yang baru saja datang berebutan posisi tempat duduk untuk mereka huni selama satu tahun ke depan. Ini hari pertama mereka bersekolah di tahun ajaran baru dan sebagian besar dari mereka berkeyakinan jika posisi duduk akan menentukan prestasi.

Prestasi versi mereka yang cukup banyak diminati oleh kaum adam penghuni kelas adalah duduk satu bangku dengan Anindya Milena.

Gadis berponi dengan rambut sepanjang leher itulah yang sedang menjadi topik pembicaraan hangat di kelas itu saat ini. Selain berwajah imut, berkepribadian hangat, dan memiliki senyum manis, gadis itu juga salah satu penyandang juara umum pararel angkatan mereka.

Bangku di sebelah gadis itu masih kosong. Beberapa murid laki-laki sedang berkasak-kusuk, berebut ingin duduk di sebelahnya. Lalu tiba-tiba datang seorang murid laki-laki dengan senyum semanis gulali meletakkan tasnya begitu saja di samping Dya. Membuat gadis yang sedang fokus membaca majalah sambil mendengarkan musik melalui earphone itu mendongak.

Seketika suasana di sekitar mereka menjadi riuh karena Aksa yang main serobot. Mereka yang sejak tadi lebih dulu menginginkan posisi itu saja masih bergeming.

"Aksa, nih, main serobot aja!" protes Dodi sambil menatap pemuda itu sinis.

"Tau, nih! Kita yang dari tadi dateng aja belum naruh tas di sana," sambung Rudi sambil mencibir dan bergegas mencari bangku lain yang masih kosong.

"Kelamaan. Kasak-kusuk mulu, sih," balas Aksa melihat Dodi yang menyelonong pergi mengejar Rudi. Beberapa murid laki-laki yang lain pun mengikuti langkah mereka dengan dengkusan kecewa.

Pemuda yang sudah menaruh tasnya di bangku samping Dya kini memfokuskan atensinya kepada gadis itu.

"Belum ada yang duduk di sini, kan? Aku aja yang duduk di sini, boleh?" tanyanya dengan senyum manis. Matanya membentuk sebuah garis dan pipinya menggembung lucu. Wajahnya terlihat sangat imut.

Gadis yang akrab disapa Dya itu mengerjap. Ia kenal betul siapa pemuda yang sedang duduk di sampingnya itu.

Aksa Rafardhan. Si manis casanova yang digandrungi oleh sebagian besar murid perempuan di sekolah mereka karena wajahnya yang jernih bersinar seperti artis Korea. Kapten tim sepakbola sekolah mereka. Disukai oleh banyak guru karena keramahan dan wajah imut-innocent-nya. Pemuda yang sejak setahun belakangan selalu melakukan pendekatan kepada Dya.

Bukannya Dya tidak tahu jika Aksa punya perasaan khusus kepadanya. Ia sangat tahu karena sikapnya terlihat jelas. Namun, untuk saat ini Dya belum ingin membuka hatinya untuk urusan cinta. Masih banyak target hidup yang harus ia capai.

Aksa menggerak-gerakkan telapak tangannya di depan wajah Dya yang masih terdiam. Belum juga merespons pertanyaannya. Dya mengerjap kemudian melirik ke arah pintu kelas sejenak. Melihat sesosok gadis berambut panjang sebahu dengan kulit putih dan bermata kecil.

"Hm, tapi bangku ini udah ada yang nempatin." Dya menjawab sambil tak lupa tersenyum agar tidak menyakiti hati lawan bicaranya. Aksa terkekeh. Itu pasti salah satu alasannya saja. Buktinya meja itu masih kosong. Belum ada tas siapa pun di sana.

"Aku tau kamu bohong." Aksa tersenyum seraya mengerling.

"Tuh, yang punya bangkunya dateng," tunjuk Dya ke arah gadis yang ditatapnya tadi. Ia melambaikan tangan pada gadis itu seolah telah saling mengenal cukup lama.

[END] Dopamin LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang