"Menjadi pribadi sempurna bukanlah sesuatu yang baik, seseorang butuh ketidaksempurnaan untuk menjadi manusia."
-selaluadaharapan-
❤️❤️❤️
Usai kejadian saat pelatihan waktu itu, Diaz dan Dya tidak lagi saling bicara. Mereka melakukan aktivitas seperti biasa. Belajar dengan sungguh-sungguh untuk menjadi yang pertama. Seolah tidak terjadi apa-apa. Dya pun masih duduk di kursi sebelah Diaz.
Pekan ini mereka sudah melewati ujian tengah semester. Tidak terasa sudah tiga bulan lamanya berada di kelas XII. Itu artinya semakin mendekati akhir dari masa SMA mereka.
Bu Trias selaku wali kelas baru saja mengumumkan rencana study tour mereka tahun ajaran ini. Berdasarkan hasil rapat dewan guru dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum, mereka akan melakukan kunjungan ke kota pelajar Yogyakarta. Tujuan utamanya adalah ke salah satu kampus ternama di negeri ini, baru setelahnya akan berkeliling ke tempat-tempat wisata dan bersejarah.
Mendengar hal itu tentu saja Dya langsung terlonjak kegirangan. Bu Trias saja sampai terheran-heran melihat Dya yang dengan refleks berdiri dari kursinya kemudian melompat-melompat seperti baru saja mendapat harta karun.
"Dy, kamu enggak apa-apa?" tanya Bu Trias keheranan.
"Eh, iya, Bu. Maaf, saya khilaf," ujar Dya masih sambil cengengesan sendiri. Aksa yang paham penyebab gadis itu begitu bahagia, hanya bisa ikut tersenyum.
"Memangnya ada apa di Yogya?" tanya Bu Trias penasaran.
"Ada cinta pertama saya, Bu." Dya menjawab sambil senyum-senyum malu. Aksa yang mengerti siapa orangnya langsung tertawa. Sementara teman-teman sekelas yang lain mulai menyorakiny. Bahkan beberapa ada yang membuat celetukan.
"Dy, enggak kasian ama yang duduk di sebelah kamu?"
"Kamu cinta pertamanya Diaz, tapi Diaz bukan cinta pertama kamu."
"Yaz, yang sabar, ya."
"Beuh, Diaz bakalan ketemu saingannya nanti waktu study tour."
Aksa yang mendengar celotehan mereka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum.
"Dy, Dy. Kamu udah bikin heboh orang satu kelas," gumamnya di belakang punggung Dya.
Gadis itu menoleh lalu tertawa. Kemudian ia meletakkan satu jari telunjuknya di depan mulut. Memberi isyarat kepada Aksa agar diam saja.
Diaz yang sejak tadi ikutan menjadi subjek bahasan penghuni kelas sama sekali tak bergeming. Seolah semua kegaduhan itu tidak mengganggunya sama sekali. Ada sedikit rasa kesal di hati Dya saat melihat reaksi Diaz, tetapi berusaha ia abaikan saja.
"Siapa, Dy, orangnya? Anak kampus ternama, ya? Kenalin, dong, kalau ketemu waktu study tour nanti," celetuk Rudi yang tak kalah heboh.
"Kalau kebetulan ketemu, nanti aku kenalin," jawab Dya dengan wajah cerah.
Begitulah mata pelajaran Bu Trias hari itu berakhir.
❤️❤️❤️
Setelah jam pelajaran selesai, semua siswa sibuk berkasak-kusuk membahas study tour. Banyak sekali yang antusias dan tidak sabar menunggu agenda tahunan sekolah khusus untuk siswa kelas XII itu.
"Puas bener kayaknya jadi pusat perhatian satu kelas," ujar Diaz yang pada akhirnya bersuara. Sejak pembahasan soal study tour itu, ia hanya diam. Itu pun ketika berbicara, ia sembari memasukkan buku-bukunya ke tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dopamin Love
Teen FictionAnindya Milena dan Ardiaz Miryando selalu bersaing untuk menyandang predikat siswa terbaik di sekolahnya. Persaingan seolah manjadi dopamin yang membuat mereka ketagihan karena bagi keduanya, juara itu hanya ada satu. Segala macam cara mereka lakuk...