"Kita cuma setumpuk momen tanpa pernah jadi komitmen."
Fiersa Besari
❤️❤️❤️
Ujian akhir semester ganjil sudah usai. Menyisakan kegembiraan bagi kelas XII yang akan melakukan study tour. Perkara nilai UTS bagus atau tidak, mereka sudah tidak terlalu peduli. Yang mereka pikirkan hanya ingin bersenang-senang sebelum mereka menghadapi pertarungan yang sesungguhnya di semester genap. Ujian akhir.
Hari itu sepulang sekolah semua kelas XII dikumpulkan bersama wali kelas masing-masing untuk membahas apa saja yang harus dipersiapkan sebelum keberangkatan. Kemudian apa saja yang akan mereka lakukan selama kegiatan berlangsung.
Tentunya yang namanya study tour tidak hanya melakukan kunjungan dan bersenang-senang. Tetap ada tugas yang harus mereka kerjakan, terutama yang berkaitan dengan tujuan ke mana mereka akan melanjutkan studinya.
"Jangan lupa, ya, anak-anakku. Nanti mengisi formulir tentang pilihan jurusan yang akan kalian ambil setelah lulus. Formulir akan dibagikan setelah acara study tour selesai. Jadi, harap diperhatikan baik-baik penjelasan tentang jurusan di perkuliahan nanti saat itu berkunjung ke kampus. Paham, ya." Bu Trias memberi pengarahan.
Jonas terlihat mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Kenapa, Jonas?" tanya Bu Trias seraya tersenyum.
"Kalau misal ke depannya jurusan yang kita ambil berubah lagi, gimana Bu?"
"Formulir ini sebenarnya bertujuan untuk melihat sejauh mana pemahaman kalian terhadap penjelasan tentang jurusan yang diberikan. Diharapkan ke depannya tidak lagi ada kata salah jurusan dalam kamus hidup kalian. Kasihan orang tua kalian harus keluar biaya banyak untuk kuliah, tetapi kuliahnya ternyata salah jurusan atau salah pilihan."
"Oh, jadi enggak apa-apa, ya, Bu kalau berubah lagi pilihannya nanti."
"Iya, enggak apa-apa karena ini cuma gambaran aja. Untuk pemetaan minat kalian ke mana."
Kini giliran Dodi yang mengangkat tangannya. Jika urusan kegiatan di luar sekolah begini, dirinya yang paling bersemangat.
"Bu, kalau semisal pilihan jurusannya bukan dari kampus yang kita kunjungi, boleh?"
"Boleh, kalau kamu sudah dapat informasi lengkap tentang jurusannya. Kunjungan kita ke kampus nanti hanya sebagai percontohan."
Rudi ikut-ikutan mengangkat tangannya.
"Ya, Rudi?"
"Bu, agenda jalan-jalannya bisa ditambah, enggak, Bu? Itung-itung buat refreshing sebelum ujian akhir. Semester depan kita udah kayak antara hidup dan mati."
Seketika terdengar sorakan dari seisi kelas. Ada yang meledek Rudi, tetapi tak sedikit juga yang setuju dengan usulnya.
"Jadwal sudah diatur sedemikian rupa berdasarkan banyak pertimbangan agar kunjungan kita efektif dan efisien. Jadi, sudah tidak ada tawar menawar lagi, ya. Tidak mungkin bapak dan ibu guru enggak memikirkan kondisi otak kalian yang butuh jeda dan hiburan."
"Asyik!" teriak Dodi dan Rudi bersamaan. Mereka memang kompak.
"O,ya. Satu lagi. Pemegang nilai tertinggi UAS kemarin akan diumumkan di akhir sesi study tour." Bu Trias menambahkan lagi.
Pertemuan untuk membahas persiapan study tour pun berakhir. Semua tampak puas dengan apa yang sudah direncanakan oleh pihak sekolah. Terutama Dya yang sejak awal sudah senang dengan agenda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dopamin Love
Ficção AdolescenteAnindya Milena dan Ardiaz Miryando selalu bersaing untuk menyandang predikat siswa terbaik di sekolahnya. Persaingan seolah manjadi dopamin yang membuat mereka ketagihan karena bagi keduanya, juara itu hanya ada satu. Segala macam cara mereka lakuk...