"Belajarlah untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak membawa perbedaan."
Markus Aurelius
❤️❤️❤️
Dya meregangkan kedua tangannya ke atas saat keluar dari ruang guru. Ia baru saja menyelesaikan tugas yang diminta oleh Bu Indar, Guru Bahasa Indonesianya.
Sesaat setelah bel pulang, gurunya itu sempat meminta Dya untuk membantunya mengoreksi hasil latihan siswa kelas sebelas yang kebetulan juga diajar oleh beliau. Alasan kenapa Dya yang dimintai tolong adalah karena gadis itu pemegang nilai tertinggi akhir semester lalu untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sejak saat itu Dya seolah telah menjadi siswa kesayangan Bu Indar.
Untung tugasnya tidak banyak. Hanya mencocokkan jawaban yang diberikan oleh Bu Indar dengan hasil pekerjaan adik-adik kelasnya itu. Sementara Bu Indar sendiri harus menghadiri rapat para pembina ekstrakurikuler.
Dya celingukan mengamati kondisi sekolah yang sudah lengang. Hanya terlihat beberapa anggota ekskul basket dan karate yang sedang latihan di lapangan sekolah.
Ia meraih ponselnya. Lalu tiba-tiba teringat pada lagu yang dikirim Aksa tempo hari. Ia sama sekali belum mendengarkannya. Mumpung ingat, ia akan mendengarkannya sekarang. Untuk teman perjalanannya pulang ke rumah.
Dibukanya folder musik dengan label "Dari Aksa". Ada tiga lagu yang dikirim Aksa. Satu lagu diberi judul "Dengerin bareng Aksa ganteng". Satu lagu diberi judul "Dengerin kalo lagi patah hati". Sementara satu lagu lagi diberi judul sesuai judul asli lagunya.
Mau tidak mau Dya tersenyum geli membaca judul-judul lagu itu. Ada-ada saja, pikirnya. Aksa memang paling bisa membuat orang tertawa atau minimal tersenyum hanya karena hal-hal sederhana yang dilakukannya. Beruntung sekali yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak.
Setelah memasang earphone di kedua telinganya, Dya memutar lagu yang tidak diberi embel-embel judul oleh Aksa. Sebuah nada ceria dari petikan gitar Bondan Prakoso segera memenuhi ruang dengarnya.
Sejak awal nada, Dya sudah menyukainya. Aksa memang paling jago menemukan lagu-lagu bagus. Lirik lagunya pun membuat hati Dya terasa lebih ringan. Hingga tanpa sadar ia mulai ikut berdendang dan sedikit menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti irama lagu.
Ia tidak menyadari bahwa sejak ia keluar dari ruang guru hingga kemudian asyik dengan ponsel dan mendengarkan lagu, ada seseorang yang berjalan di belakangnya.
Mata orang itu menatap gerak-gerik Dya dengan lekat. Ketika Dya mulai menggerak-gerakkan kepalanya mengikuti irama musik, orang itu tersenyum geli seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
Cute, pikirnya. Apalagi saat teringat bagaimana gadis itu dengan tiba-tiba memberikan secarik kertas kepadanya beberapa jam yang lalu.
"Buat kamu," ujar gadis itu menghentikan langkah Diaz saat di pintu kelas.
"Apa?" tanya Diaz bingung.
"Baca aja. Diresapi, ya. Biar kamu gak sembarangan nyebut orang dengan sebutan itu karena aku gak seperti yang kamu kira," ujar gadis itu seraya tersenyum manis.
Setelahnya gadis itu pergi meninggalkannya begitu saja. Menyisakan banyak tanda tanya juga meninggalkan jejak tak terdefinisi dalam hatinya. Hingga akhirnya di ruangan sekretariat OSIS itu Diaz tahu apa maksud si gadis.
Adegan Dya asyik berdendang dengan menggerakkan kepala sesuai irama lagu dengan Diaz asyik memperhatikan di belakangnya, berlangsung hingga mereka tiba di halte bus dekat sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dopamin Love
Teen FictionAnindya Milena dan Ardiaz Miryando selalu bersaing untuk menyandang predikat siswa terbaik di sekolahnya. Persaingan seolah manjadi dopamin yang membuat mereka ketagihan karena bagi keduanya, juara itu hanya ada satu. Segala macam cara mereka lakuk...