#48: Hati Yang Patah

30 9 0
                                    

"Apa sumber dari patah hati? Harapan, berharap, dan ternyata tidak terpenuhi."

YourQuote.in

❤️❤️❤️


"Dy?"

"Dya!"

"Dya, kamu mau ke mana?"

"Dy! Jangan tinggalin kita, dong!"

Suara itu bersahutan tatkala presensi Dya mulai menjauh dari pandangan mereka. Hanya satu orang yang tanpa berkata apa-apa berlari sekencang mungkin untuk mengejar.

Usai mengatakan sesuatu kepada sang papa, Dya pergi begitu saja. Kelima temannya tentu saja panik. Terutama Aksa yang tahu betul bagaimana Dya membanggakan sang papa.

Pria paling bertanggung jawab. Pria baik yang tidak pernah berbuat macam-macam. Tidak pernah menyakiti sang mama. Rela bekerja jauh dari rumah untuk kepentingan keluarga. Tentu saja sifatnya yang seperti itu, membuat Dya ingin punya pendamping hidup seperti sang papa. Pokoknya papanya adalah yang terbaik di mata Dya.

Namun, sebuah kebenaran yang baru saja diketahuinya telah meruntuhkan segala kebanggaan itu. Telah merusak kepercayaan yang selama ini Dya pupuk sepenuh hati.

Sang papa telah mendua. Bermain di belakang sang mama. Apa yang bisa dibanggakan dari yang seperti itu?

Aksa menghentikan langkahnya begitu menyadari Diaz sudah berjarak lebih dekat dengan Dya. Pemuda itu pun sudah menghilang dari pandangan mereka.

"Udah, enggak usah dijejer lagi." Aksa berkata kepada teman-temannya.

"Kalau Dya kenapa-kenapa, gimana, Sa?" tanya Jonas khawatir.

"Udah ada Diaz yang ngejer. Gue yakin Diaz bisa nenangin Dya." Aksa berkata dengan senyum terpaksa.

"Lo udah nyerah, Sa?" tanya Jonas yang tiba-tiba merasa iba.

"Nyerah gimana?" tanya Aksa tak acuh.

"Nyerahin Dya ke Diaz? Kita emang udah tau perasaan Diaz ke Dya. Tapi, kita kan belum tau perasaan Dya ke Diaz. Lo masih punya kesempatan."

"Enggak akan ada kesempatan itu untuk gue, Jo! Selamanya Dya cuma anggap gue sahabat."

"Udah lo konfirmasi ke orangnya langsung? Ini bukan asumsi lo aja, kan?"

"Udah berkali-kali, sampe bosen gue. Kalau dia bisa bahagia dengan perasaannya ke Diaz, ya, gue enggak masalah. Yang penting Dya bahagia dengan pilihannya."

"Cepet banget Dya larinya," gerutu Dodi dengan napas yang terengah-engah.

"Enggak kekejer lagi sama gue ini mah ceritanya. Terus, Dya gimana?" timpal Rudi.

"Udah diurus sama Diaz. Nanti kalau sampai malem mereka belum balik ke penginapan, baru kita hubungin Diaz." Jonas memberitahu.

"Kalian duluan aja, ya. Gue mau ketemu sama papanya Dya dulu." Aksa pamit.

"Katanya udah nyerahin Dya ke Diaz. Rupanya masih berusaha deketin calon mertua?" ledek Jonas.

"Papanya Dya itu sahabatnya papa gue, tau! Jadi, gue sama Dya itu udah temenan dari orok. Ngaco aja lo ngomong, Jo." Aksa memberengut kesal.

"Oh," ujar Jonas dengan mulut yang membentuk huruf O.

"Gue cuma mau bilang kalau beliau enggak perlu khawatir. Ada kita-kita yang bakalan jaga Dya selama di sini."

❤️❤️❤️

Diaz mempercepat larinya ketika sosok Dya sudah menghilang ke dalam sebuah bus Trans Jogja. Untung saja belum terlambat. Diaz masih bisa sampai di bus itu tepat waktu. Begitu sudah naik, Diaz bisa melihat presensi  Dya yang duduk di kursi yang paling ujung bagian belakang bus. Segera saja Diaz menghampirinya karena kebetulan kursi di sebelah Dya kosong.

[END] Dopamin LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang