"Bagi seorang anak perempuan, ayah adalah pria pertama yang ia kenal dan kepada pria itu pula ia pertama kali jatuh cinta."
BeHome
❤️❤️❤️
Dya begitu takjub menatap tulisan di bagian depan kampus itu. Baru bagian depannya saja sudah membuat ia bahagia setengah mati. Pada akhirnya ia bisa menginjakkan kakinya di salah satu kampus terbaik di negeri ini. Penghasil bibit-bibit unggul dalam berbagai inovasi disiplin ilmu. Salah satu kampus impiannya karena ia ingin mengikuti jejak sang papa yang memang lulusan universitas itu.
"Fotoin gue, dong." Terdengar Dodi si raja narsis meminta Rudi untuk mengabadikan dirinya di depan tulisan nama kampus itu.
"Mau aku fotoin, Dy?" Aksa bertanya ketika ia baru tiba di samping Dya.
"Boleh."
Dya pun menyerahkan ponselnya ke Aksa dan memasang pose. Satu foto berhasil diabadikan. Namun, sepertinya Dya masih kurang puas sehingga ia meminta Aksa untuk mengambil gambar beberapa kali lagi.
Di gambar terakhir, Aksa terdiam. Entah kenapa tiba-tiba Diaz muncul di sisi kanan tulisan sehingga masuk ke dalam foto. Seolah Dya dan Diaz sedang berfoto bersama di kedua sudut tulisan nama kampus. Aksa hendak menghapus foto itu, tetapi Dya keburu menghampirinya.
"Aku mau lihat dulu hasilnya," ujar Dya seraya meminta ponselnya kembali.
"Awas, di foto terakhir ada penampakan." Aksa berkata seraya berlalu. Sementar ponsel Dya sudah ia kembalikan ke empunya.
Dya yang merasa keheranan dengan pernyataan Aksa itu, langsung kebingungan. Penampakan apa? Bulu kuduknya jadi merinding. Namun, siang hari begitu mana ada penampakan hantu. Pada akhirnya Dya pun memberanikan diri melihat foto yang dimaksud oleh Aksa.
Matanya membesar ketika melihat dirinya berada satu frame dengan Diaz. Namun, perlahan sebuah senyuman mengembang di wajahnya. Ia pun menoleh ke arah tempat Diaz berada di dalam foto. Pemuda itu pun sedang menatap ke arahnya.
Dya memberanikan diri mendekati pemuda itu. Rasanya sangat canggung jika menghindar terus.
"Kamu enggak sengaja kefoto bareng aku." Dya memulai obrolan seraya memperlihatkan layar ponselnya ke arah Diaz.
"Kirimin ke aku, ya." Diaz mengeluarkan ponselnya. Menanti Dya mengirimkan foto itu kepadanya.
"Untuk apa?" tanya Dya dengan jantung yang berdebar.
"Buat kenang-kenangan." Diaz berkata seraya tersenyum.
Benar-benar pernyataan yang ambigu dan membuat Dya penasaran setengah mati. Kenangan dalam hal apa? Kenangan foto bersama Dya atau kenangan foto di kampus ternama?
Ingin bertanya, malu dan gengsi. Tidak bertanya, penasaran setengah mati. Pada akhirnya Dya hanya bisa terdiam dengan perasaan gelisah.
"Setelah kuliah umum ini, kamu ada agenda, gak?" tanya Diaz tiba-tiba.
"Agenda?" Dya bertanya keheranan.
"Iya. Kamu gak lihat susunan acara hari ini? Setelah kuliah umum dengan pihak kampus, kita ada acara bebas."
"Oh." Dya mengganguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dopamin Love
Teen FictionAnindya Milena dan Ardiaz Miryando selalu bersaing untuk menyandang predikat siswa terbaik di sekolahnya. Persaingan seolah manjadi dopamin yang membuat mereka ketagihan karena bagi keduanya, juara itu hanya ada satu. Segala macam cara mereka lakuk...