"Aku memilih mencintaimu dalam diam. Sebab dalam diam tidak ada penolakan."
Rumi
❤️❤️❤️
Dya tidak bisa dan tidak mau percaya dengan apa yang dikatakan Diaz. Namun, ketika ia mengecek ponselnya dan membuka dokumen lagu yang pernah Aksa kirimkan kepadanya, ia kehabisan alasan untuk menyangkal. Setelahnya ia baru percaya perkataan Diaz bahwa lagu itu adalah lagu yang ingin Aksa berikan untuk Dya. Dokumen lagu yang berjudul "Dengerin bareng Aksa Ganteng."
Rupanya lagu itu adalah lagu yang pernah ia dengarkan bersama Diaz.
"Terus, kenapa kamu bisa simpen lagu itu?" tanya Dya keheranan.
"Aksa nyuri dari dokumen komputer ruang OSIS."
"Hah?" tanya Dya dengan refleks langsung menutupi mulutnya.
"Dia bilang, sih, ke aku minta lagunya. Jadi, enggak bener-bener nyuri juga," timpal Diaz dengan wajah biasa tanpa rasa bersalah sudah membuat Dya terkejut.
"Terus, dari mana kamu tahu kalau lagu itu buat aku?" tanya Dya lagi.
"Aksa sendiri yang bilang. Katanya buat kamu."
Dya tertunduk. Matanya berkaca. Hatinya terenyuh, tetapi di sisi lain ada rasa nyeri juga yang datang. Ia merasa kasihan dengan Aksa dan merasa dirinya jadi orang yang paling kejam.
"Aksa beneran suka sama kamu," ujar Diaz pelan.
"Aku tahu," jawab Dya dengan suara yang mulai terdengar parau.
"Kamu, suka juga, gak?" tanya Diaz ragu, tetapi akhirnya keluar juga dari mulutnya.
Dya menegakkan kepalanya lalu menatap Diaz dengan posisi mata yang sudah berkaca.
"Aku jahat sama dia."
"Jahat?"
"Aku gak bisa balas perasaan dia, padahal dia udah sebaik ini. Kalau menurut kamu, dari sudut pandang cowok, gimana seharusnya aku bersikap?" Dya meminta saran.
Ada sedikit ekspresi terkejut di wajah Diaz karena ini pertama kalinya Dya meminta pendapatnya akan suatu hal.
"Jangan buat baper cowok lagi," saran Diaz.
"Kamu masih berpikiran aku kayak gitu?" tanya Dya yang merasa semakin sedih.
Padahal selama ini ia tidak bermaksud membuat siapa pun baper. Ia hanya berusaha untuk bersikap seramah mungkin dengan semua orang. Ia tak ingin punya musuh. Bahkan Diaz yang sudah jelas-jelas tak ingin ia dekati, Dya beri senyum ramah juga ketika mereka awal-awal berinteraksi.
"Yang orang lain lihat begitu."
"Termasuk kamu, kan?"
"Gini, Dy. Kamu boleh berteman dan ramah dengan siapa pun. Tapi, kamu harus tetap punya batasan diri. Batasan ini hanya kamu yang ngerti gimana. Sekiranya kamu udah merasa berlebihan sebagai teman, sebaiknya kamu segera menguasai diri."
"Aku masih enggak ngerti. Aku enggak bisa kayak kamu yang bertemannya pilih-pilih. Aku juga enggak bisa menahan diri kayak kamu. Kita beda, Yaz," tegas Dya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dopamin Love
Teen FictionAnindya Milena dan Ardiaz Miryando selalu bersaing untuk menyandang predikat siswa terbaik di sekolahnya. Persaingan seolah manjadi dopamin yang membuat mereka ketagihan karena bagi keduanya, juara itu hanya ada satu. Segala macam cara mereka lakuk...