38. Bukti?

279 48 2
                                    

Lia yang sedari tadi hanya melamun sambil memeluk kedua kakinya hanya bisa diam memikirkan semua hal yang ia alami selama ini.

Lia memikirkan tentang Felix, bagaimanapun juga Felix adalah temannya sedari kecil dulu jadi tidak heran jika bisa sampai menyukainya.

Pikirannya beralih ke Zahra sejujurnya Lia telah mencurigainya sedari lama akan sikap nya yang berubah drastis.

Ia juga tadinya tidak menyangka bahwa Zahra berkerjasama dengan Fanya untuk menghancurkan kehidupannya namun, Lia percaya setelah perkataan Alvaro waktu itu kepadanya.

Sebenarnya Lia mengunjugi nya didalam sel tahanan itu tanpa bilang ke siapapun, bukan suatu alasan baginya mendatangi Alvaro walaupun ia sempat melukai dirinya namun, ia percaya Alvaro juga punya sisi baik.

Flashback On

"Ngapain lo dateng kesini?" Ketus Alvaro setelah melihat Lia yang ternyata mengunjunginya.

"Gapapa, gue cuman mau ketemu lo doang," jawab Lia sambil menyerahkan paper bag kepada Alvaro.

"Dimakan, jangan didiemin doang. Gak gue racunin gini." Ujar Lia melihat Alvaro yang sepertinya curiga dengannya.

"Hmm, thanks. Lo kenapa mau dateng kesini, bukannya gue udah jahatin lo?" Tanya Alvaro heran.

"Terus apa hubungannya? Gue tau bukan lo kan yang jahatin gue saat itu."

"Lo mau tau gak siapa yang selama ini bantuin si Fanya?" Ucap Alvaro langsung ke intinya.

"Siapa? Lo tau?"

"Tau, lo mau tau kan? Dia temen Lo hmm, kayaknya sih lebih dari temen mungkin sahabat?"

"Zahra?" Tebak Lia.

"Nice, pinter juga lo. Tapi, ada lagi satu temen sekelas lo, dia juga pernah bantuin lo pake sok-sokan bilang gue bakalan bantuin lo walaupun, lo jahat sama gue diakhirnya. Sekarang? Mana ada kan? Semuanya pergi gitu aja, cuma inti Axvel yang mau bantuin lo kan?" Ungkap Alvaro.

"Temen sekelas? Adel?" Tebak Lia lagi.

"Menurut gue, sikodel satu ini bukan orangnya dia mau hancurin lo karena dapet si Revano ini."

"Revano? Raveno kali...."

"Typo dikit gak ngaruh wir, si Adel ini dia tanpa bantuan orang lain mana diem-diem lagi."

"Kenlin? Mana mung–"

"Mana mungkin, mana mungkin,
gak ada yang gak mungkin didunia ini. Lagian musuh lo banyak amat sih? Makannya cari cowo yang jangan kecakepan,"

"Cih, namanya juga dikasih ama tuhan yah gue terima. Ada lagi gak selain nih mereka berdua? Lo tau darimana sih ini semua?"

Alvaro langsung menaikan dagunya dan menangkapnya dengan kedua tangannya. "Ini rahasia kita berdua, selama ini gue nguping si Fanya. Hp dia juga gue bajak jadi bisa dengan mudahnya ngeliat semua chetan dia, dan gue juga selalu nguping percakapan dia,"

"Lo ini sebenernya jahat apa baik sih?" Tanya Lia heran.

"Menurut lo? Gue itu jahat sama baik... Sebenernya gue gak pernah mau ribut sama cowok lo cuma dianya aja yang duluan, lagipula
gue tau yang sebenernya ribut sama musuhan disini gue sama Raveno cuman, seharusnya gue gak usah bawa sangkut paut semua ini sama
lo karena lo gak tau apa-apa lagipula lo polos, gue juga gak mau lo sebagai pelampiasan dari masalah ini."

Raveno Cakrawala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang