19. Game star

402 69 4
                                    

"BERANI-BERANINYA LO!!! MAU NAMPAR LIA!!!" ucap seorang lelaki dengan nada tinggi dan mencekal tangan Fanya yang ingin menampar Lia.

Alhasil Fanya tak jadi menampar pipi Lia karna tangganya dicekal ia menghentak tanggan agar terlepas dari cekalan tersebut.

Lia mendongakkan kepalanya menghadap pria yang lebih tinggi darinya.

"Revan? Lo kok disini?" Tanya Lia. memang yang ia lihat adalah Revan, kakak laki-laki satu-satunya.

Revan berdecih melihat situasi satu hal yang ingin ia lontarkan dengan kencang adalah kalimat. Lo semua bodoh.

"Bodoh, Lo semua bodoh." Ucap Revan menggeleng.

"LO SEMUA CUMAN NONTONIN BUKANNYA NGECEKAL ATAU PISAHIN!!?? BEGO LO SEMUA!!! GILIRAN LO SEMUA DIADUIN, LO SEMUA MALAH NGAPUS BUKTI. TOLOL LO SEMUA!!!" Sambung Revan dengan nada tinggi.

"Van, sabar Van, jangan bikin mereka semua bahaya." Ucap Lia menenangi Revan.

"Sabar? Lo masih aja sabar diginiin? Lo dinjek-injek aja masih sabar? Dimana perilaku psycho lu Li? Dimana semua ajaran yang Lo ambil di Amerika? Percuma Lo latihan Taekwondo disana kalo, Lo gak gunain?" Ucap Revan masih dengan nada tinggi.

"Belum saatnya Van, gw belum mau keluarin itu." Monolog Lia.

"Kenapa Lo diem aja Li?!!! Lo bukan adek gw yang gw kenal ketika disekolah?!!!" Ucap Revan tak henti-hentinya memarahinya.

"LO!! TURUNIN HAPE LO SIALAN!!! SEBELUM GW HANCURIN HAPE LO SETAN!!!" ucap Revan menunjuk Keyla yang merekam kejadian itu dengan ponselnya.

Keyla berdecih mendengar itu dengan terpaksa ia menurunkan ponsel gengamnya.

Revan menoleh menatap Fanya dengan Aura dinginnya "Lo, urusan kita belum selesai. Jangan nyesel kalo gw ngelakuin sesuatu buat Lo, Fanya,"

Kenlin dan Liam terlihat berlari ke kelasnya dengan tergesa-gesa dan tidak teratur nafasnya.

Mereka berdua masuk kedalam kelasnya yang sudah tidak terkontrol dan di depan kelas mereka banyak sekali murid dari kelas lain yang menonton kejadian tersebut.

Dengan segera Liam menutup pintu kelas tersebut, yang dikerumuni banyak orang.

"Kamu Ngapain Liam?" Tanya Kenlin.

"Gak, gw cuma ngawasin pintu. Udah Sono lanjut kerja." Ucap Liam sambil memegangi pintu.

"Bentar, Lia, Fan, dan Lo siapa?" Tanya Kenlin.

"Lo ketua kelas ga punya sopan santun? Gw... Revan, kakak Lia, Lo jadi ketua kelas aja kaga becus." Ucap Revan menekan kata kaga becus diakhir.

"Maksudnya?" Tanya Kenlin.

"Lo, ga becus, Gabisa nanganin kelas sendiri. Lo tau? Adek gw mau ditampar Ama ni setan satu." Ucap Revan sambil menunjuk Fanya

"Fan? Masalah apa lagi yang Lo buat? Gw udah capek Fan, Lo selalu aja buat masalah apalagi sama Lia. Lo kenapa sih Fan? Lo selalu aja ngebahayain banyak orang." Ucap Kenlin prustasi.

"Kenapa? Gak suka? Lo capek? Lo itu cuma caper depan guru Ken, gw tau itu. Lo, sengaja kan deketin Lia biar bisa jadi ketua kelas? Trus, abis itu Lo fikir bisa kuasain ini sekolah? Lol, dan Lo, berusaha jadi Lia yang kedua kan?." Ucap Fanya lalu tersenyum miring ke Kenlin.

"Gw? Bukannya Lo, Fan? Lo sendiri sering ngomongin Lia," Ucap Kenlin.

Fanya mendekat ke arah Kenlin
dan menunjuk-nunjuk bahu
Kenlin, "Lo, sendiri? Gw tau sifat buruk Lo juga dulu, Lo dulu sering fitnah Lia pas gw baru masuk. Trus, Lo sering ngomongin Lia, caci maki. Apalagi? Gak usah sok, ga munafik juga Lo ken," Ucap Fanya menatap ke arah Kenlin dengan tatapan dendam.

Raveno Cakrawala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang