CHAPTER ini bisa saja menguras emosi !Banyak mengandung hal hal bikin menguras emosi!
See you for reading
*******
"Aku tidak membenci dunia namun, aku membenci kebanyakan orang didalamnya."
–Liana
******
Pagi ini mungkin, pagi yang sangat gembira untuk Fanya. Karena, ntah kenapa anak itu menyebarkan rumor yang tidak masuk akal, dan aneh nya semua orang mempercayainya, sungguh aneh.
Lia sangat bosan dengan gelak tawa mereka di atas penderitaan orang lain. Sebenarnya, Lia ingin diam saja namun rumor itu menyebar semakin luas dan orang-orang memandangnya aneh, dan penuh gelak tawa.
Lia langsung menyampari ke kursi Fanya, sudah dia duga. Dia tertawa bersama sirklenya, memang sudah tidak ada otak.
"Fanya!" Pekik Lia sambil berlari kecil ke hadapan meja Fanya.
Mendengar teriakan itu lantas Fanya berdiri dari kursinya.
"Kenapa?" ucap fanya lalu tersenyum miring.
Lia langsung membuka airphone ditelingannya "LO BILANG KENAPA?! EH FANYA EMANG GUE GAK TAU?! LO, BISA BERHENTI GAK NYEBAR RUMOR PALSU ITU?!"
"Rumor?"
"Gak usah pura-pura gak tau, lo udah nyebarin rumor palsu tanpa bukti."
"Bukannya rumor itu bener? Lagi pula gue, ada bukti kok, mau liat?"
Fanya lalu menyodorkan hp nya tepat di hadapan Lia. disana ada foto Lia sedang duduk bersama laki laki, dan itu adalah laki laki yang dia kenali. Tapi, bisa-bisanya Fanya menyebarkan rumor kalau itu adalah om-om.
"Gimana Li, lo sendiri punya bukti gue nyebarin rumor palsu?"
Lia tersenyum miring dengan perkataan Fanya "kayanya Lo salah deh, bukannya bener? Lo nyebarin rumor palsu. Karna, yang di foto itu keluarga gw bukan om-om,"
"dan... bisa-bisanya Lo malah nulis artikel gak guna itu dengan judul, seseorang siswa bermain bersama om-om, lain kali cari tau dulu jangan asal nyebarin rumor ngerti?"
"Keluarga? Ouh yah? Berarti Lo lagi hamil dong? Kapan nikahnya?
Aish.... gue ga nyangka. Lo, lebih bandel dari gue,"Tangan Lia mengepal kuat karna perkataan Fanya tadi, dia bisa saja menonjok Fanya namun sekarang bukan situasi yang tepat.
"Fanya!" Teriak Lia
"Kenapa kalo lo marah berarti bener dong?"
"Lo pikir sendiri, gimana gue gak marah? Lo punya otak kan?"
"Bisa-bisanya lo nyebarin rumor palsu, gak berguna, gak bermutu, ngefitnah orang itu? Lo punya otak gak sih?"
''Mungkin, lo bakalan lupa suatu saat nanti. Karena, lo yang ngelakuin kejahatan. Tapi, gimana sama korbannya? Dia bakalan terus inget."
"Lia! Jadi lo sekaran main korban ama pelaku sama gue!?"
"Lo yang mulai permainan ini, gue bakalan ngakhirin permainan ini dan gue yakin lo bakalann nyesel diakhir nanti."
"Nyesel? Lia gue dukung permainan Lo, coba aja kalo bisa bikin gue nyesel udah kaya gini sama lo,"
"Gue bakal ngelakuin itu, berhenti nyebar rumor palsu gak guna ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raveno Cakrawala [End]
Fiksi RemajaLiana Alvender Ruby, seorang perempuan yang dikenal sebagai perempuan angkuh, keras kepala, egois dan sombong. Namun, semua pandangan itu berbalik dengan kenyataannya, Lia ia mempunyai banyak luka dan trauma. Ia punya seribu alasan mengapa ia bers...