44. That should be me?

231 49 15
                                    

"Aku harus rela melihat seseorang yang kucintai bersama seseorang yang dia cintai dengan bahagia walaupun, sulit namun biarkan dia bahagia dengan pilihannya."

-Regandra Felixander-

*******

"Ven, kamu udah selesai meeting nya?" Tanya Lia sambil memakan es krim rasa coklat itu.

"Udah kok, kamu mau beli apalagi?" Tawar Raveno.

"Bunga boleh gak?" Tanya Lia.

Raveno mengangguk pelan mengiyakan permintaan itu. "Boleh nanti kita pergi ke toko bunga."

******

Mereka berdua memilih bunga yang terpajang di toko bunga itu, atensi Lia beralih ke satu bucket bunga rose pink yang cantik itu lalu mengambil nya.

"Aku mau bunga ini aja Ven," Ujar Lia.

"Kenapa beli bunga? Kamu-"

"Nanti, kalo aku ulang tahun, cukup beliin bunga aja bisa? Satu bucket aja gak usah banyak-banyak abis itu kita pergi jalan-jalan bareng."

"Li, are you okay at the moment?" Tanya Raveno tiba-tiba.

"IM okay Raveno, aku cuma pengen itu aja gak lebih. Kita abis itu tiup lilin aja, aku pengen itu terjadi suatu saat nanti apalagi sama anak kita nanti."

"Aku bakalan kabulin itu kalau masih bisa li, kamu jangan khawatir bahkan aku bakalan ngasih bunga yang banyak buat kamu di kelulusan nanti."

"Semoga aja anak kita gak nurun kaya kamu, kamu nyeremin kalo marah."

"Kalo gak nurun aku siapa dong? Kan aku ayahnya."

"Terserah sih, yang penting gak kaya kamu, bisa-bisa kalian ribut terus nanti." Ujar Lia sambil tertawa.

Karena terlalu asik tertawa mereka berdua tidak tersadar ada yang mengikuti mereka sedari tadi dan memperhatikan nya, jangan negatif thinking dulu, dia tidak ingin mencelakai Lia namun justru sebaliknya.

"That should be me, bukan Raveno Lia.... and first kiss itu that should be me, bukan dia." Lirihnya sambil memegang satu bucket bunga mawar merah.

*******

Lia dengan penuh gimik wajah cerianya membawa buku pelajaran yang sangat dibenci banyak orang, apalagi kalau bukan matematika? Dikarenakan rumitnya rumus yang membuat banyak orang merasa pusing itulah kebanyakan alasannya.

Tanpa rasa bersalah ia menaruh buku itu dimeja belajar diaaat ini Raveno, laki-laki itu sedang mengerjakan soal yang cukup banyak.

"Ajarin, susah banget soalnya." Pinta Lia sambil tersenyum melihatkan gigi kelincinya.

"Yang mana yang susah emangnya?"

"Semuanya! Bila perlu satu buku kerjain nanti kalo disuruh aku tinggal nyalin deh,"

"Gak boleh kaya gitu Liana..." Lirih Raveno.

Lia langsung duduk disebelahnya dan menatapi semua rumus itu. "Kepala aku pusing kamu aja deh yang ngerjain."

"Kamunya ngapain?"

Raveno Cakrawala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang