18. First kiss

705 88 31
                                    

"Ekhem..... Kek nya, ada yang lagi enak-enakan." Ucap laki-laki tersebut yang sedang bersender ditembok memperhatikan mereka berdua.

Mendengar perkataan itu Raveno langsung melepaskan ciuman tersebut, lalu memalingkan wajahnya.

Lia pun membulatkan mata
nya terkejut siapa yang
melihat kejadian itu.

Sial, molognya. Karna yang melihat kejadian itu adalah Revan, kakak laki-lakinya.

Mati sudah, bisa tambah panjang urusan nya dengan Revan. Apalagi, jika ia bilang kepada orang tua mereka ntah bagaimana dengan
nasib Lia, Malang menurutnya
nasib dirinya.

Lia ingin menyangkal kejadian tersebut namun, seperti nya Revan telah memperhatikan mereka sangat lama. terlebih lagi melihat bibir Raveno dengan warna khas abis cipokan alias ciuman.

Aghhhh menurutnya ia harus pasrah pada semuanya.

"hey boy, I didn't see wrong right?" Tanya Revan kepada Raveno.

(Hei boy, aku tidak salah lihat kan?)

Raveno mendengus pelan mendengar itu. "Gak, ga salah."

"Oh my god, Lo berdua abis cipokan?" Tanya Revan sambil menutup mulutnya dengan satu tangan.

"Iy---yya, ell---lo ja--ngan bilang mamah," ucap Lia terbata-bata.

"Yakin deh, gw, mamah bakalan kurung Lo di kamar seharian." Ucap Revan menakuti-nakutinya.

"Yah.... Makannya jangan bilangin yah, Evan ganteng?" Ucap Lia merayunya.

"Evan ganteng? Tai..... Lo mau ngerayu gw? Ga mempan." Ucap Revan dengan pedenya.

"Lo siapanya Lia? Soal tadi gw bakalan tanggung jawab kalo Lia kenapa-kenapa." Ucap Raveno tertunduk.

"Gweh? Siapa? Gue itu kakaknya Lia dan lo siapa ancrit? Bisa-bisanya ngelakuin kek gituan Ama adek kesayangan gue, apa kata lo tanggung jawab? Maksudnya kek hamil gitu?" Tanya Revan.

"Hamil???? What????" Tanya Lia tak percaya.

"Iya, jika itu misalnya terjadi saya akan bertanggung jawab." Ucap Raveno dengan tatapan tajamnya.

"Hamil? Apa hub-" belum sempat Revan membalas perkataan tersebut ia langsung menoleh mendengar seseorang ingin menangis ia adalah Lia adik perempuan nya.

Raveno pun ikut menoleh melihat Lia yang mengulum kedua bibirnya menahan tangisannya pecah.

"Lia? Lo kenapa?" Belum sempat Lia menjawab Pertanyaan Raveno ntah kenapa tangisannya pecah
begitu saja.

Raveno pun memeluk Lia meredakan tangisannya, sambil mengelus-elus pelan pucuknya pelan.

"Halah, lebay Lo Li, biasanya juga kaga lemah kek gini." Ledek Revan yang membuat tangisannya semakin kencang bukan mereda.

"Anjing, malah tambah kenceng." Ucap Revan tak percaya.

"Hiks.... Gue belom siap nikah. Lo ngapain peluk-peluk gue? Dasar laki-laki bejat gak tau diri, lo pikir bakalan selesai kalo lo nikah sama gw? Nggak Ven," ucap Lia menjauh dari Raveno tidak lupa diiringi dengan tangisannya.

"Lia..... Adek gue yang paling polos, nih yah bego lo cipokan itu gak bikin hamil, lo pinternya di sekolah doang soal kek giniian bego anjir." Ucap Revan tersulut emosi.

"Jadi? Gue gak hamil?" Tanya Lia yang dibalas deheman oleh Raveno.

"Terus, kok lo bilang bakal tanggung jawab?" Tanyanya lagi.

"Lia, kan cuma misalnya." Ucap Raveno lalu mendekat kearah nya.

Lia yang melihat itu langsung berlari mengumpat dibelakang punggung kakak laki-lakinya yaitu Revan.

Raveno Cakrawala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang