2. Sandiwara

1.5K 213 51
                                    


Terkadang semua orang memandang seseorang lewat kasta dan kecantikannya atau ketampanan nya.
Jarang orang yang memandang seseorang lewat hatinya.

Seseorang yang cantik, tampan dan hastanya yang tinggi mungkin, akan dihormat dan tidak dipandang rendah namun tidak menutup kemungkinan mereka akan kalah dengan seseorang yang pintar dan baik hati.

*******

"Lia silahkan duduk di kursi dekat fanya," perintah kepala sekolah.

"Baik, pak..." ucapnya sambil mengangguk pelan.

Lia sekarang harus menerima kenyataan dipanggil ke ruang BK tanpa kesalahan yang dia perbuat. Ntah, mengapa dunia terlalu kejam untuk dirinya.

"Lia, sekarang ceritakan apa yang terjadi secara detail dan juga kamu fanya,"

"Jadi gini-"

"Halah palingan juga dia cuma ngarang cerita." Potong Fanya

"Iya Hu....."

"Dasar udah salah jelek terima kenyataan aja lah..."

"Minimal gak malu-maluin nama sekolah lah,"

Semua seruan itu bagaikan masalah besar dan perbuatan yang sangat kejam. Hanya karna, Lia tak mau dan muak disuruh suruh terjadi hal seperti ini? Sungguh sangat keterlaluan.

Lia memang dari dulu sering disuruh suruh bagaikan babu ntah mungkin untuk piket, membelikan makanan namun kadang juga ia disuruh membayar makanan yang telah di pesan Fanya.

Udah disuruh suruh lalu dimanfaatkan siapa yang tidak kesal? Pasti semua orang akan merasa kesal.

"DIEM LO SEMUA ANJING! LO GA LIAT ITU SIAPA?! SEENAKNYA TERIAK-TERIAK, KAGA DIAJARIN SOPAN SANTUN AMA ORANG TUA?! SAMPE SEENAKNYA TERIAK-TERIAK!" kata-kata pedas muncul Dari mulut kenlin. Dia memang jika sudah marah bisa seperti banteng.

"Tau anjir, itu guru lo kan?"

"Itu kepala sekolah begoooo......."ucap kenlin sambil menampol kepala murid tersebut.

"Anjir, maaf pak, maafin ya pak kita teriak teriak."

"Maaf ya pak."

"Giliran udah salah ngemis minta maaf hadeh... Aneh lo semua." ketus kenlin.

"Lanjutkan cerita nya Lia," ucap kepsek kepada Lia.

"Jadi gini ya pak, ceritanya kan Fanya nyuruh saya beliin makanan. Dan saya nolak karna, dia nyuruh nya maksa."

"Cuma gara-gara itu doang? Hu.... klo ga mau minimal ga usah ngatain."

"Anj... ga usah dideketin deh tu anak, cuma gara-gara gitu doang."

"Mending cakep, udah jelek jahat lagi."

Semua bisikan itu sudah muak Lia dengar, rasanya seperti orang yang telah melakukan pembunuhan seseorang lalu dihakimi.

"LO SEMUA DIEM! LO SEMUA GAK USAH BISIK-BISIK GUE DENGER JANGAN KIRA GUE TULI! KALO MAU NGOMONG DIDEPAN GUE LANGSUNG!" Jawab Lia dengan nada tinggi.

"Gitu doang marah?"

"Saya lanjutin ya pak, kenapa saya marah? pertama. karna, Fanya sering nyuruh nyuruh saya-"

"Yang kedua, Fanya nyuruh saya ga pernah cukup. udah nyuruh malah ngatain. trus, saya yang harus bayar. ke tiga, dia selalu jelek-Jelekin saya, nge-fitnah saya, gimana saya gak kesel coba deh pak??" jawab Lia dengan nada tinggi.

"Gam mungkin, anj, Fanya kek gitu."

"Baru dibilangin, udah ngarang cerita."

"TERSERAH LO SEMUA! MAU PERCAYA ATAU NGGAK TAPI, ITU YANG GUE ALAMIN! SELAMA DIA PINDAH SEKOLAH KE SINI! DAN SATU LAGI! GUE GAK NGARANG TAPI GUE NGALAMIN ITU SENDIRI!"

Raveno Cakrawala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang