"Jahat? Iya mereka memang jahat Tuhan... Semua hal yang mereka lakukan kepadaku sampai detik ini masih saja mereka lakukan."
-Liana
********
"RAPAT KOMITE? LIAT PAH ANAK KAMU! MAU JADI APA DIA?!" Omel Starla.
Lia dengan santainya menjawab sambil mengupas kulit apel. "Kenapa? Bukannya udah aku bilang? Kalo mamah udah gak sanggup sama aku, kirim aku ke Amerika gak susah kan?"
Starla membanting piring yang berisi potongan apel yang dipotong oleh Lia Hinga piring itu hancur dan berserakan. "MAMAH NGEDIDIK KAMU BIAR JADI ORANG BENER! BUKAN KAYA GINI!"
"SUDAH CUKUP!" Bentak Daniel.
"Udah selesai marah-marahnya? Giliran Lia yang nanya, kapan kalian ngedidik? Yang kalian lakuin cuman kerja setiap hari, itu doang gak ada yang lain. Kenapa? Dari dulu selalu orang lain yang ngambil rapot Lia, kalian terlalu gila kerja."
"INI SEMUA DEMI KAMU! MAMAH GAK MAU KAMU KESUSAHAN! JADI ORANG MISKIN ITU GAK ENAK LIA!" Teriak Starla.
Lia melipatkan kedua tangannya didepan dada dan menatap mereka berdua tajam. "Percuma, percuma mau dikasih harta sebanyak apapun mau dikelilingin harta pun percuma kalo gak pernah ngerasain kasih sayang orang tua."
"KAMU-"
"AAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!" Teriak Lia sambil menutup kedua telinganya dan menunduk.
Revan kakak laki-lakinya yang melihat itu langsung menghampiri dan memeluknya. "Lo gapapa Li?" Lalu melirik tajam kedua orangtuanya.
"Ikut gue," Pintanya sambil menuntun adiknya itu.
*******
"Rapat komite? Kenapa? Lo dibully? kenapa gak dilawan Lia?"
"Perkataan lo sama kaya orang tua gak becus itu." Ketus Lia.
Revan duduk di kasur sebelahnya yang kosong itu. "Mereka emang gak becus tapi gimanapun juga mereka tetep orang tua kita,"
"Terserah, lo gak bakalan ngerti jadi gue, dari dulu lo dapet kasih sayang dari mereka."
"Lo masih jutek dari dulu, mereka mukul lo? Atau ngelakuin kekerasan sama lo?" Tanyanya lagi.
"Mau seratus kali nanya atau beribu-ribu kali seseorang nanya mereka gak bakalan ngerti, cuman diri gue sendiri yang ngerti mereka gak bakalan ngerti sebelum jadi gue setelah jadi gue mereka bakalan tau seberapa kusutnya benang takdir gue,"
Revan terdiam, perkataan itu sangat tajam namun berarti. Lia punya luka namun, ia berusaha menutupi itu.
"Tapi gak salah kan siapa tau–""Mereka berubah?" Lia berdecih pelan. "Kapan mereka bakalan berubah? Gak usah buat bualan yang bikin gue berharap, dari dulu gue gak pernah dianggep sama mereka. Gue gak bakalan percaya kata-kata lo, gue bukan anak kecil polos lagi Lia yang dulu udah gak ada!"
"Terus kemana Lia yang dulu?"
"Dia udah mati dari lama, gue yang sekarang bukanlah diri gue yang dulu. Gue udah berubah, gue gak bakalan ngulangin kesalahan yang sama."
"Serem amat, cuman lo gak boleh benci sama mereka Li,"
"Ini hidup gue, terserah mau gue ngapain gue tau gue emang keras kepala. Keras kepala gue nurun dari mereka dan gue sebenernya benci itu. Udahlah! Males ngomong sama orang batu kaya lo! Capek mau tidur gue!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Raveno Cakrawala [End]
Fiksi RemajaLiana Alvender Ruby, seorang perempuan yang dikenal sebagai perempuan angkuh, keras kepala, egois dan sombong. Namun, semua pandangan itu berbalik dengan kenyataannya, Lia ia mempunyai banyak luka dan trauma. Ia punya seribu alasan mengapa ia bers...