Raveno menarik lengannya secara paksa lalu mendorongnya secara pelan hingga mentok ke tembok dengan wajah dinginnya.
"Kenapa sih Rav? Kamu egois tau gak! Liam cuman ngasih aku es krim trus nanya aku kenapa, itu doang gak lebih. Kamu yang malah ngasih janji manis bahkan pelukan sama perempuan lain!" Tutur Lia dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku–"
"Ven, udah sebulan lebih kita pacaran kamu cuman perhatian sama aku pas mental aku down, kenapa gak seharusnya setiap saat aja? Aku udah nyoba buat perhatian sama kamu tapi–"
"TERUS KAMU MAU KAYA GIMANA?! GAK SUKA? BUAT APA KAMU BILANG CINTA WAKTU ITU SAMA AKU! KAMU YANG EGOIS LI!" Bentak Raveno kepadanya.
"KALO KAMU MARAH SAMA AKU TAMPAR AKU RAVENO! JANGAN BENTAK AKU! PUKUL AKU VEN SEKENCANG MUNGKIN! BUNUH
AKU SEKALIAN! SEMUA ORANG DIDUNIA INI JAHAT! AKU BENCI KALIAN SEMUA!" Pekik Lia dengan tertunduk sambil menangis.Raveno hanya terdiam sejenak lalu menonjok tembok di hadapannya, dan beralih memeluk Lia yang menangis. "Maaf... Aku yang salah, kamu gak salah. Gak seharusnya aku kaya gini sama kamu, aku janji gak bakalan cinta sama perempuan lain bahkan sampai akhir hayat aku nanti aku cuman cinta sama kamu dan raga aku bakalan selalu nemenin kamu,"
Lia malah melepaskan pelukannya lalu beralih mengambil kopernya namun, tangannya dicekal oleh Raveno.
"Kamu mau kemana Li?" Tanya Raveno.
"Aku mau pulang, aku gak seharusnya tinggal berdua sama kamu,"
"Gak! Kamu gak boleh pulang...."
*******
Raveno membiarkan Lia menangis sejenak melepaskan emosinya baru menenanginya setelah ia berhenti menangis.
"Jangan nangis dan jangan pulang Li... Gue emang egois cuman–"
"Aku harus gimana lagi Ven? Disaat aku nyoba percaya dan ngebela
kamu tapi, kamu malah bikin aku kecewa kamu bahkan ngelukain
aku walaupun setelah itu kamu nyembuhin luka itu tapi, tetep aja.""Aku tau Li, maaf.... Kamu mau aku kayak gimana? Aku juga udah capek Li, gimana kita mati bareng? Dulu kamu bilang capek, pengen mati. Sekarang kita mati bareng aja."
Ujar Raveno.Lia sontak membulatkan kedua bola matanya sempurna, ia merasa terkejut dengan perkataan Raveno barusan ternyata laki-laki itu bisa berbicara seperti tadi. "Gak deh Ven, aku masih mau hidup. Percuma selama ini aku berjuang kalo mati tiba-tiba."
Lia memeluk Raveno dengan erat sambil memejamkan matanya, ntah mengapa ia sangat suka dengan pelukan hangat ini, baginya hanya Raveno yang bisa mengasih kepadanya pelukan sehangat ini.
"Plis.... Jangan pulang Li, nanti yang aku ganguin dirumah siapa? Keisya juga bentar lagi pulang ke Tokyo." Mohon Raveno kepada nya.
"Tapi bang Rev–"
"Ajak aja kesini. Dia suruh tinggal di sini aja, kasian juga kalo harus sendiri." Potong Raveno.
"Pacar bang Revan meninggal sekarang keadaan mental dia tambah parah, dia bahkan bilang mau mati aja karena, gak punya siapa-siapa lagi."
"Li, walaupun kalian bukan saudara kandung tapi, kamu seharusnya juga bisa maafin dia, gak mungkin dia ngomong semua nya waktu itu sengaja."
"Ven, aku tau.... Aku udah anggep
dia keluarga bahkan kamu, walaupun suatu saat nanti kalau kalian benci atau jahat sama aku, aku gak bakalan marah.""Kamu tau kenapa aku bisa suka sama kamu? Karena sifat kamu, walaupun aku dulu sering ngatain kamu dari awal aku itu cinta sama kamu. Cuman, kamu yang bisa bikin aku jatuh cinta sampai kapanpun aku, emang bener cowok batu yang susah buat jatuh cinta tapi, kamu dengan mudahnya buat aku jatuh cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raveno Cakrawala [End]
Fiksi RemajaLiana Alvender Ruby, seorang perempuan yang dikenal sebagai perempuan angkuh, keras kepala, egois dan sombong. Namun, semua pandangan itu berbalik dengan kenyataannya, Lia ia mempunyai banyak luka dan trauma. Ia punya seribu alasan mengapa ia bers...