Akhirnya pesta perayaan ulang tahun desa pun diadakan pada malam hari.
Banyak lampu-lampu yang sudah dihias sedemikian rupa sehingga menerangi seluruh lapangan yang ditengahnya dibangun panggung kecil.
Prita antusias melihatnya, Radit pun sudah memakai mic nya karena hari ini dia menjadi MC.
"selamat malam, warga-warga yang Saya cintai. Tibalah acara yang sudah lama kita tunggu-tunggu...."
Radit berbicara dengan lantang dan lancar.
Setelah beberapa acara seperti sambutan dan pembukaan. Tibalah anak-anak untuk bergantian naik ke atas panggung.
"semangat ya kalian!!" teriak Prita dari bawah panggung.
Suara dentuman musik pun terdengar. Namun, kali ini suaranya terdengar begitu keras. Prita sontak menutup telinganya dengan telapak tangannya, cara itu hanya sedikit berguna karena perban di telapak tangan kirinya, sehingga ia tidak bisa menutupi dengan rapat.
Namun gadis itu tiba-tiba terkejut saat ada tangan yang ikut membantu menutup telinganya.
Prita menoleh dan tersenyum kecil walaupun Leon fokus melihat anak-anak yang sedang tampil.
Akhirnya tarian berhenti, musik pun ikut berhenti. Leon melepaskan tangannya,
"baru datang?" tanya Prita.
"dari tadi, gue sama Azka nemenin Aldo jajan dulu di sana tapi ternyata lama, gue tinggalin mereka"
Prita hanya geleng-geleng mendengarnya. Cewek itu fokus ke depan melihat Radit yang kini telah keringetan. Cowok itu tampak bingung, dengan cepat Radit memegang Mic nya lagi.
"ah maaf sebelumnya karena satu dan lain hal ada beberapa yang tidak bisa tampil"
Suara riuh kekecewaan terdengar di lapangan.
"tapi tenang aja, kita ganti dengan beberapa tampilan yang tidak kalah menarik juga!"
Prita merasakan firasatnya tidak enak, menatap Radit dengan sengit dari kejauhan.
"kita cariin, kalian disini ternyata" ucap Aldo.
Cowok itu membawa beberapa plastik isi jajanan. Dia datang bersama Azka yang tengah memakan siomay-nya
"ta, lo mau?" tawar Aldo.
Prita mengambil setusuk telur gulung dari bungkusan, lalu menggigitnya.
"kita panggilkan Prita untuk bernyanyi disini!" ucap radit semangat.
Uhukk uhukk
Prita seketika tersedak pelan, bocah ini benar-benar! Prita masih menatap Radit dengan tatapan tajamnya dari bawah panggung.
Namun Radit tidak memikirkan hal itu, Prita marah nanti urusan belakangan.
"Prita!Prita!Prita!" panggil Radit yang diikuti penonton.
Prita masih saja diam di tempat asyik makan telur gulungnya.
"ta, lo dipanggil! Sana maju" titah Aldo.
Prita mengangkat bahunya acuh. Kali ini Radit menatap Prita dengan tatapan memohon. Prita hanya tersenyum miring.
"lo beneran nggak mau maju?" tanya Leon.
Prita akhirnya terdiam, dengan telur gulung yang masih di pegang tangan kanannya, Prita menatap tangan kirinya yang masih dibalut perban besar.
"mau aja sih, tapi... Gue nggak bisa main gitar kalo kondisi tangan gue begini"
![](https://img.wattpad.com/cover/272484651-288-k950219.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Altair
Teen FictionChapter I : Saat Kita Bertemu Prita Kanahaya, cewek matre yang berusaha pura-pura kaya untuk mendapat kepopuleran di sekolah. Dengan bermodalkan Kecantikan dan Kepintarannya, ia dengan mudah bergabung dengan circle paling dikagumi di sekolah. Bagi...