60. Dia Datang

7 1 0
                                    

Semua hal tertuju padamu
Semua ingatan terlintas tentangmu
Sampai akhirnya Aku sadar,
Bahwa semua ini adalah Rindu.

-Leon Altair-

***

"ayo silahkan dimakan nak" ucap Ratih kepada menantunya.

"iya bu"

Prita senyum-senyum sendiri melihat kedua pengantin baru itu terlihat malu-malu di meja makan.

"Prita kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Ratih.

"eh— nggak apa-apa budhe, Prita ngerasa gemes aja ngeliat mereka berdua"

"kenapa? Kamu mau?" tanya Mbak Tari.

"nggak dong, Prita juga punya" pamer cewek itu.

"wah bu, liat Prita bu, masih kecil sudah pacaran" ledek Tari

"Prita sedikit lagi 18 tahun ya" balas Prita.

"tapi masih SMA udah pacaran"

"itu karena Mbaknya aja yang nggak pernah pacaran pas SMA!"

"nggak papa! Yang penting pertama kali pacaran langsung nikah"

"tapi—"

"berhenti kalian!"

Prita dan Mbak Tari langsung terdiam takut. Melihat neneknya menatap tajam mereka berdua.

"jangan ada yang berbicara di meja makan"

"iya Uti, maaf" jawab Tari.

"iya maaf Uti, habisnya Mbak Tari—"

"diam Prita" sela Aisyah.

"benar apa yang dibilang Tari, kamu itu masih SMA. Buat apa pacar-pacaran, apalagi kamu di sana sendirian, entah apa yang kalian lakukan. Semua orang bisa saja khilaf! Gimana kalo sampai terjadi sesuatu hal yang buruk?!"

"Prita bisa jaga diri kok uti"

"bu, udah. Kita ini lagi makan, malu dilihat Refal" peringat Ratih melirik menantunya.

"nggak ada yang bisa kamu tolak kalo kamu juga bisa saja lupa!" lanjut aisyah kepada Prita.

"tapi Prita tau batasan!"

"jangan meninggikan nada bicara mu!"

"tapi Uti juga sama!"

BRAKK...

Prita mendorong kursinya kebelakang dan bergegas pergi menutup pintu kamarnya.

Aisyah memegang kepalanya,

"ah, anak itu! Pasti karena sifat ibunya"

"bu, jangan terlalu keras ke Prita" ucap Ratih khawatir.

"iya Uti, Tari juga minta maaf karena membuat keributan" tambah Tari

Namun Aisyah hanya diam saja tidak menanggapinya.

Di kamar, Prita mencak-mencak sendiri. Cewek itu tidak menangis, hanya meluapkan amarahnya dengan teriak-teriak tidak jelas di bantal agar tidak terdengar ke luar.

Cewek itu membuka layar ponselnya namun kembali berdecak karena tidak melihat notif telpon ataupun pesan dari Leon. Cewek itu kembali berguling-guling tidak karuan meredakan kesalnya.

"Leon sialan! Uti sia— ah pokoknya gue kesel!"

***

Suasana rumah mendadak menjadi suram. Saat sarapan pun hanya dentingan sendok yang terdengar.

Aku dan AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang