3] "Anak itu?!"

248 22 0
                                    

Tolong hidup lebih lama bunda. Anak bunda ini sangat membutuhkanmu.

-Arshaka-

<><><>

"Ayah enggak benci kok sama Shaka. Dia sayang sama Shaka, sangat sayang. Dia sayang semua keluarganya. Remaja Shaka tidak hancur, itu tidak akan bunda biarkan. Enggak ada yang boleh nyakitin anak ganteng bunda ini."tutur lembut Allea menahan tangisnya.

"Tapi kenapa bun, semenjak ada Veno...Shaka enggak pernah deket lagi sama keluarga besar Shaka sendiri terutama ayah Shaka. Mengapa semua tertuju hanya pada Veno?? Shaka salah apa bun? Kenapa bunda sama nenek enggak sekalian benci Shaka saja? Apa alasannya bun?"tanya Shaka menatap sang bunda dengan sedihnya.

"Hei, denger ya. Bunda ini bunda kamu. Nenek juga nenek kamu. Buat apa bunda benci sama anak bunda sendiri, bunda yang mengandung dan melahirkan kamu Shaka. Kamu enggak salah Shaka."

"Bunda juga enggak tau pasti kenapa ayah melihatmu saja enggan nak. Bunda tak tahu mengapa semuanya berubah. Anak bunda ini sedih, bunda tau itu. Maafkan ayah, Veno, bunda, dan lainnya ya sayang."

"Bunda enggak salah, salahin aja Shaka karena terlalu manja. Ayah yang dulu perhatian selalu sama Shaka kemana? Dia hilang bunda, hilang setelah ada Veno. Bukan aku benci Veno bun, tapi..."

"Bunda tau sayang, bunda tau. Hiks~"tangis Allea juga pecah saat ini. Mereka berdua sama-sama menangis. Suara tangisan Shaka sangatlah menyesakkan orang yang mendengarnya.

Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang melihat di balik pintu. Orang itu melihat semuanya. Tangis Shaka, keluh Shaka, dan tangis Allea. Melihat dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

Ia langsung melenggang pergi ketika melihat Allea sudah ingin keluar dari kamar.

Setelah menangis dengan puas, Allea harus pergi dari sana. Membiarkan Shaka ber-istirahat cukup. Untungnya besok hari libur. Jadi, Shaka bisa di rumah dengannya.

<><><><><>

"Udah?"Ardian berbicara dengan Allea yang baru saja memasuki kamar. Allea mengeryitkan dahinya. Maksud dari suaminya itu apa?

"Udah apa?"tanya Allea.

"Udah selesai ngomong sama anak itu? Tadi Veno cerita, katanya kamu lebih banyak diem ketika sama dia dibanding anak itu"ucap Ardian.

"Kamu bilang "anak itu" maksudnya Shaka? Shaka anak kita mas, anak sulung kita. Dia anak kandung kita. Lagi, bukannya Veno udah dapet perhatian kamu sama yang lain ya? Apa harus aku juga selalu memperhatikannya? Anak aku enggak cuma dia mas, ada Shaka juga kalo kamu lupa" jawab Allea menatap suaminya tak percaya.

"Allea. Shaka sudah besar, dia sudah SMA. Dia harus mandiri. Anak laki-laki kok lemah."cibir Ardian.

Allea marah, ia kecewa. Bisa-bisanya suaminya malah berkata seperti itu tentang anak sulungnya.

"Mas, Veno juga sudah besar, dia juga sudah SMA. Memang, anak harus dekat dengan orang tuanya, tapi sekarang kamu hanya dekat dengan anak bungsu mu, sehingga kamu melupakan anak sulungmu yang selalu kamu jaga dulu. Kamu tau mas? Shaka bilang sama aku, dia ngira kamu benci sama dia mas. "Bun, ayah benci ya sama Shaka? Shaka salah apa??" Bayangin mas! Bayangin! Sakit hati aku dia ngomong gitu. Ibu mana yang enggak sakit hati, dia mempertanyakan, kenapa kamu berubah mas, kamu hanya fokus dengan Veno tanpa melihat anakmu satunya. Aku sakit hati mas. Sakit anak aku bilang gitu. Dia anak kamu juga bukan sih?!"amarah Allea keluar. Ardian termangu. Apakah ia berubah? Ardian mencerna semua kata-kata Allea. Ia melihat Allea menangis tersedu-sedu.

"Shaka bilang, kalo remajanya hancur. Ayah dulu kemana bun? Ayah benci ya sama Shaka? Kenapa sesudah ada Veno adik Shaka, Shaka jadi gini bun. Shaka sedih. ITU YANG DIA BILANG MAS!!! Aku harus jawab apa! Hah?! Sekarang Shaka cuma punya aku sama mama untuk tempat mengeluhnya. Dia tidak seceria dulu, sekarang ia banyak diam mas, banyak bengong, selalu lupa sama dirinya sendiri. Aku selalu sedih melihatnya, dia selalu belajar ekstra biar kamu lihat dia, tapi apa? Apa feedback mu? Tidak ada! Sekarang untuk Shaka menemui mu saja enggan, menatapmu ia takut. Selalu mengurung dirinya di kamar. Dia tumbuh remaja sampai saat ini tanpa ada seorang ayah yang memperhatikannya. Kamu bukan ayah yang benar mas! Hiks"Allea meluapkan semuanya.

Ardian terdiam bak patung setelah mendengar apa yang dikatakan oleh isterinya.

"Kali ini, aku bakal pisah ranjang dulu sama kamu mas, buat nenangin pikiran ku. Aku bakal tidur di kamar tamu."ucap Allea pergi.

Ardian terduduk. Menatap kosong ke depan. Ia tak bisa memahaminya sekarang, otaknya seperti buntu. Ia tidak bisa berpikir jernih.

<><><><><>

Di kamar Veno. Veno sedang bermain ponsel. Lalu tiba-tiba ia berpikir. "Bang Shaka enggak papa kan? Salah enggak sih gue? Kok gue merasa jahat ya? Ah enggak mungkin lah ya. Malah gue iri sama dia, dia bisa deket banget sama bunda dan nenek. Lah gue? Kagak. Ngapain gue mikirin dia"ucap Veno terkekeh pelan.

Ia melanjutkan kegiatannya. Tak memperdulikan semuanya, dia bepikir acuh saja. Ia berpikir, bahwa Shaka tak sakit dengannya. Tanpa ia ketahui, Shaka juga butuh ayah, butuh Ardian, tidak hanya Allea- sang bunda.

<><><><><><><><>

ARSHAKA DAN DUNIANYA || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang