52] Istirahat

112 4 1
                                    

Aku ingin menuju pada suatu masa, di mana di sana hanya ada aku, kamu, dan kebahagiaan.

-Alana-

<><><><><>

Ardian terus terdiam dengan memikirkan bayang-bayang tentang dirinya yang selalu bersikap jahat pada putera sulungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ardian terus terdiam dengan memikirkan bayang-bayang tentang dirinya yang selalu bersikap jahat pada putera sulungnya. Seakan-akan bahwa ia tak pernah mensyukuri hadirnya Shaka di hidupnya sebagai pelengkap dalam hidupnya.

"Maafin ayah, Shaka. Maafin ayah, hiks. Bangun nak, beri ayah kesempatan untuk menebus semuanya, ayah mohon,"

Ardian meremas kuat rambutnya, di kamar yang gelap tanpa pencahayaan apapun, Ardian di dalam sana. Menangisi semua perilakunya pada Shaka. Menyesali semuanya.

<><><><><><><><><>

Di ruang ICU, Shaka terpejam dengan nyaman tanpa terganggu apapun. Beberapa alat medis menempel pada tubuh Shaka. Kantung darahpun tergantung pada sisi ranjang pesakitan Shaka bersama dengan sekantung cairan infus.

Seorang gadis mengambil duduk di kursi samping ranjang tempat Shaka berbaring. Alana terus memperhatikan wajah pucat pasi Shaka.

Wajah tenang seorang Shaka membuat Shaka seolah-olah seperti sedang tertidur biasa, bukan koma dan kritis. Alana melihat banyak alat-alat medis yang berada di sekitar tubuh Shaka membuatnya ngilu.

Alat pendeteksi detak jantung berbunyi sangat nyaring. Alana terpejam sejenak. Membuka matanya kembali mendengar sebuah bisikan, seperti...

"Cantik,"

Alana mendekatkan dirinya pada Shaka. Mengelus rambut Shaka pelan. Tersenyum hangat. "Kak,"

"Kakak ya yang bisikin 'cantik' ya?"lirih Alana tersenyum haru.

"Makasih ya? Kakak juga tampan. Sekarang, aku mau kakak tampan di depanku ini bangun dong. Tidurnya jangan lama-lama ya kak? Aku kesepian,"

Alana beralih pada tangan Shaka yang begitu dingin. Menggenggamnya begitu erat, seolah jika ia melepas genggamannya ini, Shaka akan pergi jauh darinya.

"Lana mohon kak, jangan pergi jauh-jauh dari Lana. Jangan tinggalin Lana sendiri. Cukup seorang ayah saja yang meninggalkan ku, kakak jangan."

Alana mencoba menunjukkan senyumnya sebisa mungkin. Karena ia tahu, Shaka tidak mungkin suka jika dirinya menangis. "Kak, aku seneng dan bangga sama kamu kak. Kok kakak enggak mau nunjukkin medali sama pialanya kakak ke aku sih?"

ARSHAKA DAN DUNIANYA || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang