Bagai karang yang tahan dihantam ombak berkali-kali, pastinya akan hancur suatu hari nanti. Begitu pula kamu yang sudah bertahan dengan semesta yang seringkali menghantammu dengan masalah yang tak kunjung reda.
-Alana-
<><><><><><><>
Di hari libur ini matahari sudah datang ke permukaan. Di tengah malam, hujan turun membasahi bumi. Membuat malam terasa dingin. Dan di pagi hari ini, matahari menampakan dirinya dengan hangat.
Alana bernyanyi kecil di dapur sembari memasak sarapan. Dengan di sebelahnya Allea. Menunya sangat sehat. Ketika masakan sudah hampir selesai, Allea menyuruh Alana untuk ke kamar Shaka dan membangunkannya.
Ceklek
Terlihat Shaka yang masih enak memejamkan matanya tanpa terganggu dengan sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela. Alana melangkahkan kakinya untuk mendekat. Mengusap pipi Shaka pelan.
"Kak, bangun dulu yuk?" Alana berkata pelan.
Shaka sedikit terusik dalam tidurnya. Menarik selimutnya sampai menutupi wajahnya. Alana terkekeh. Membuka selimut yang Shaka tarik.
"Eunghhh..."
"Bangun yuk? Udah pagi loh kak,"
Shaka membuka matanya perlahan menyesuaikan dengan cahaya. Menatap Alana yang duduk di tepi kasurnya. Bangkit tiba-tiba, membuatnya pusing.
"Sssshhh..."
"Kan pusing, jangan bangun tiba-tiba dong kak. Senderan dulu," Alana membantu Shaka untuk bersandar pada headboard. Mengambilkan minum untuk Shaka di atas nakas.
"Makasih Lana,"
Alana mengangguk sembari tersenyum. Merapikan sedikit rambut Shaka yang panjang. Shaka menatapnya dengan penuh cinta.
"Udah enggak pusing? Kalo udah ayok kita keluar, masakan sudah siap!" Alana berseru dengan riang.
Shaka tersenyum. Mereka berdua keluar untuk sarapan. "Selamat pagi anak bunda!! Ih pada belum mandi udah ganteng dan cantik ya?" Allea menggoda Alana dan Shaka.
Mereka berdua tersipu malu mendengarnya. "Ya udah ayok duduk, kita sarapan dulu."
<><><><><><><><>
Setelah sarapan dan juga mandi, Alana dan Shaka bermain di halaman belakang. Shaka bersandar pada bahu Alana. Memejam menikmati angin yang berhembus.
"Kak,"panggil Alana. Shaka berdeham.
"Kakak lelah?"tanya Alana. Alana merasa di bahunya Shaka mengangguk. Alana tersenyum simpul.
"Aku paham kalo kakak lelah, capek. Tapi kakak harus tau, semesta enggak pernah mau tau kita itu lelah atau tidak, mereka tetap berjalan semestinya tanpa mempedulikan kita,"
Shaka terdiam mendengarkan Alana yang berbicara. "Kak, aku mau ngucapin terima kasih sama kakak, udah bertahan sejauh ini. Terima kasih udah selalu kuat. Terima kasih untuk kakak karena selalu meyakini dirimu sendiri kalau kakak itu bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Teen FictionPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...