Berjalanlah, tidak perlu berlari. Cukup hanya berjalan saja. Hidup ini adalah perjalanan bukan pelarian.
-Someone-
<><><><><><>
Pagi hari dengan sinar mentari yang cerahnya, Shaka dan sang pelatih sudah sampai di Indonesia pukul 07.30. Mereka sudah sampai di sekolah, dengan seragam abu-abu yang sudah melekat di tubuh jenjang Shaka.
Memang, Shaka tidak pulang lebih dulu ke rumah. Karena ada beberapa sambutan yang nantinya akan diberikan sekolah padanya. Shaka senang, namun ia juga tidak mengharap lebih.
"Shaka, silahkan masuk kelas ya? Sebenarnya sekolah hanya ingin memberi beberapa sambutan padamu, jadi jikalau kamu langsung pulang ke rumah beristirahat tak apa Shaka. Iya kan pak Hiko?" Pak Hiko mengangguk menunjukkan deret giginya. Menepuk bangga bahu Shaka. "Bapak bangga sama kamu, Shaka!"
Shaka hanya tersenyum. "Terimakasih pak. Jadi, saya bisa langsung masuk ke kelas?"
"Silahkan Shaka," Shaka pamit pada sang pelatih dan juga pak Hiko.
Selepas kepergian Shaka dari ruangan pak Hiko. "Memang, Shaka sudah tidak usah diragukan lagi. Saya bangga pak,"
"Ya, saya juga pak Hiko. Dia anak yang berprestasi. Sangat. Namun ada yang saya khawatirkan mengenai kondisinya,"
Pak Hiko mmenyatukan ke dua alisnya. "Memang kenapa pak?"
Pelatih skatting Shaka menghela nafas. "Bapak bisa lihat sendiri wajahnya yang pucat pasi seperti tadi. Tidak ada rona apapun di wajahnya itu. Saya berniat bertanya, namun saya urungkan melihat dia begitu senang atas pencapaiannya ini,"
"Iya juga ya pak? Dia terlihat sangat pucat. Semoga saja tidak terjadi apa-apa ya?"
<><><><><><><><>
Tok tok tok
"Masuk!"
Shaka membuka pintu kelasnya membuat semua orang yang ada di ruangan kelas itu riuh. Shaka tersenyum sopan pada guru yang sedang mengajar. Shaka menghampiri guru itu.
"Maaf bu, saya boleh masuk?"
Guru yang sudah berumur tetapi masih berparas cantik itu menganggukkan kepalanya. "Silahkan nak,"
Duk duk duk
Suara spidol di ketuk di papan tulis. Membuat kelas yang tadinya riuh menjadi hening. Shaka duduk di bangkunya sendiri. Ingin mengeluarkan buku, namun tertahan oleh kelakuan ke dua sahabatnya itu.
"Sumpah Shaka, gue kangen banget!!" Haidar memeluk tubuh Shaka erat. Shaka yang risih mencoba melepaskan pelukan itu. Shaka menatap sinis ke dua sahabatnya itu.
"Kangen, kangen. Kangen palamu botak! Gua chat kagak dibales tuh? Alesan lagi lo."
"Eh tapi Shak-"
"Sssstt!! Gue mau belajar. Berisik lo!"
Kiceplah mereka berdua dengan Shaka yang marah seperti ini. Mereka saling bertatapan. Menatap sengit satu sama lain. "Lo sih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
أدب المراهقينPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...