44] Jalan Takdir

59 5 0
                                    

Perihal doa, kamu memang berbisik ke bumi, tapi suaranya menggema di langit. Memang tidak semua yang dikatakan akan diwujudkan. Tapi Tuhan tau betul, mana yang lebih perlu.

-Someone-

<><><><><><>

"Dar, Den. Di sekolah ada kabar apa?"tanya Shaka pelan sembari mengotak-atik kameranya.

"Gue ada kabar. Tapi gue sendiri enggak yakin tentang ini," Raden berucap.

"Ngomong aja, Den."

"Lomba skatting Internasional udah ada. Guru berharap sama lo buat ikut Shak. Tadi pak Hiko ngomong sama gue dan Haidar,"

Wajah Shaka berbinar. Ia tak percaya. Sungguh? Lomba yang sangat didambakan olehnya akhirnya diadakan. Dirinya harus ikut!

"Bagus dong, gue mau ikut. Bilang sama pak Hiko ya? Gue ikut dan gue pastikan gue bakal dapet juara 1!!"ucap Shaka dengan penekanan.

Haidar maupun Raden diam membisu. Mereka tak yakin akan hal ini. Dengan kondisi tubuh Shaka yang bisa dibilang lemah, namun apa boleh buat, itu salah satu wishlist yang ditulis Shaka sendiri. Impian yang Shaka idam-idamkan.

"Gue enggak bisa maksa lo buat enggak ngikutin lomba itu, tapi gue mohon lo ikutin ucapan gue, Shak,"

"Apa?"

"Setelah lo memenangkan lomba itu, lo harus tetap ada di sini."

Suasana hening seketika. Shaka terdiam. "Gue enggak tau. Hanya Tuhan yang tau akan kematian gue. Bisa aja, setelah memenangkan lomba itu dan membuat ayah bangga..."

<><><><><><><><>

"Aku enggak mungkin salah telah mencintai kakak. Waktu yang salah kak! Hiks,"

"Kenapa? Kenapa?"

Shaka memeluk Alana erat dan Alana mengeratkan pelukannya pada Shaka. Saat ini, mereka sedang berada di taman rumah sakit. Sore hari yang mendung, sama dengan hati mereka berdua. Sama-sama mendung.

"Lana..."

"Kenapa? Kakak harus sama aku! Selamanya! Aku mau nikah sama kakak! Hiks. Tuhan, tolong dengarkan Alana! Hiks"

Tidak ada yang salah perihal jatuh cinta. Hanya saja, waktu dan takdir yang tidak sejalan. Manusia yang terus berencana dan Tuhan yang menentukan.

"Kenapa semesta dan Tuhan jahat sama aku dan kakak?"tanya Alana di sela isak tangisnya.

Shaka tersenyum, bergerak memghapus jejak air mata di pipi Alana. "Tuhan itu enggak pernah jahat sama hambanya Lana. Tuhan itu baik. Kamu harus percaya sama aku. Takdir yang Tuhan tentukan tidak bisa diubah."

"Kamu mau dengar aku?"pertanyaan itu mendapatkan anggukan cepat oleh Alana, membuat Shaka lagi-lagi tersenyum.

"Jangan pernah mengatakan bahwa Tuhan itu Jahat. Buktinya, Tuhan itu baik, kita dipertemukan sebagai dua insan untuk saling menguatkan. Now, follow the path of destiny. Whether fate deviated far from what you wanted. Because, no matter how hard you want to change it, you will never be able to, Lana. Trust me."

ARSHAKA DAN DUNIANYA || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang