Hari-harimu besok, lusa, maupun tahun depan masih nunggu buat dijalanin. Intinya, apapun keadaan kita saat ini, dunia enggak akan pernah mau nunggu.
-Arshaka-
<><><><><><><><>
"Dar, t-tadi Shaka..."
"Iya gue tau Den. Tenangin dulu diri lo. Shaka enggak apa-apa. Lo tenang dulu," Haidar menenangkan Raden yang panik luarbiasa.
Saat ini, Shaka sedang ditangani oleh dokter dan suster di dalam. Tiga puluh menit berlalu, akhirnya dokter itu keluar membuat Raden dan Haidar berdiri.
"Bagaimana dok?"
"Enggak apa-apa kan? Enggak terjadi sesuatu kan?"
Dokter itu menghela nafas. "Bisa bicara di ruangan saya saja?"tanya dokter itu yang bernametag Bastian. Raden dan Haidar sontak memgangguk dan oergi menuju ruangan dokter Bastian.
"Silahkan duduk dulu,"
"Untuk Shaka, keadaan Shaka sekarang sudah lumayan membaik. Saya belum bisa memastikan kapan Shaka bangun, tapi secepatnya ia akan bangun. Karena Shaka sendiri punya penyakit kanker, saya sendiri yang akan merawat Shaka"
Raden dan Haidar masih sama-sama mendengarkan tanpa berniat menyela dokter Bastian.
"Saya nantinya adalah dokter tetap Shaka. Dan ketika Shaka check up, dia di rumah sakit ini dengan saya. Tadi juga, Shaka sudah mau untuk melakukan kemoterapinya. Jadi setiap satu minggu sekali dia harus kemo datang ke sini."
"Stadiumnya bertambah ya dok?"tebak Raden.
Dokter Bastian memgangguk. "Iya. Stadiumnya bertambah. Kalian yang sabar ya? Saya cuma mau pesan, Shaka anak kuat. Dia pasti bisa ngalahin monster itu. Kalian harus ada di sampingnya terus ya?"
"Iya dok. Itu pasti. Kami enggak akan pernah meninggalkan Shaka sendiri!"
Dokter Bastian tersenyum haru. Umurnya yang sudah tua juga mengingatkan anaknya yang sekarang sudah tumbuh dewasa. Sama-sama menjadi dokter, namun beda spesialis saja.
Raden dan Haidar pamit pada dokter Bastian untuk keluar. Pergi ke ruang rawat Shaka. Tak lama, pintu ruangannya kembali diketuk. Ia suruh masuk.
"Papa,"
"Hei, boy. Ada apa?"tanya dokter Bastian. Ternyata yang datang puteranya. Ia suruh duduk puteranya itu.
"Pa, tadi Bhavin liat papa lagi nanganin seseorang?"tanyanya. Ya, Bhavin namanya. Anak tunggal dari Bastian yang sekarang juga mengikuti jejaknya.
"Iya Bhavin. Masih remaja pula. Dia sangat tampan, papa jadi ingat kamu dulu waktu remaja. Papa kasian sama dia,"ucap Bastian melemah.
"Kenapa pa?"
"Kamu pasti tau boy, kalo yang jadi pasien papa itu punya penyakit apa."terang Bastian.
"Kanker kan? Stadium berapa pa? Namanya siapa?"tanya beruntun Bhavin pada ayahnya.
"Namanya Arshaka Langit Adhiyaksa. Anak dari perusahaan besar di sini. Siapa yang enggak kenal dia bukan? Sudah stadium tiga, bertambah. Sekarang papa lah yang menjadi dokter tetapnya"jelas Bastian pada sang putera.
"Arshaka ya?"gumam Bhavin. Ia meminta ijin melihat berkas Shaka. Membacanya dengan teliti.
"Papa. Bhavin mau ketemu sama dia boleh?"tanya Bhavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Teen FictionPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...