Terkadang kamu tidak akan pernah tahu betapa berharganya suatu momen sampai itu menjadi sebuah kenangan.
-Dr. Seuss
<><><><><><><><>
"Eh, kamu tidak apa-apa?"
Shaka mengangguk. "I-iya,"
Shaka menoleh ke belakang, ternyata itu Bhavin. "Shaka?"
"Ayo duduk dulu. Kamu kenapa? Pusing? Atau apa?"lanjut Bhavin bertanya. Shaka hanya tersenyum simpul.
"Sedikit pusing kok mas. Udah enggak apa-apa. Santai aja," Shaka menjawab pelan. Bhavin tidak percaya sebenarnya. Tadi ia baru saja balik dari rumah sakit untuk pulang ke rumahnya, tetapi ia mampir ke minimarket untuk membeli minuman karena sangat haus. Dan ia malah bertemu dengan Shaka yang sedang berjongkok.
"Ayo, mas antar pulang, kamu jalan kaki kan?" Bhavin menarik tangan Shaka pelan menuju mobilnya berada.
"I-iya mas. Tapi entar..." Shaka berucap.
"Enggak Shaka. Udah ayok!"
<><><><><><><><>
"Makasih mas, udah anter pulang. Mas mau mampir dulu?" Shaka menawarkan. Bhavin menggeleng sembari tersenyum. "Enggak usah Shaka. Mas langsung pulang saja. Kamu istirahat aja di rumah baik-baik. Mas liat rumahmu sepi. Hati-hati. Mas pulang Shaka!"
"Iya mas, hati-hati,"
Mobil Bhavin pergi dari halaman depan Shaka. Shaka terdiam melihat mobil Bhavin menjauh. Ia tersadar dan langsung memasuki rumah, tak lupa menguncinya.
Shaka merebahkan dirinya di sofa. Tadi ia berangkat ke minimarket pukul 5 sore dan pulangnya malah pukul setengah 7 malam. Shaka menghembuskan nafas pelan.
"Lama juga perginya, padahal ke situ doang," Shaka bergumam. Ia memijit pelan pangkal hidungnya.
Sampai ia kelelahan dan berakhir tertidur di sofa.<><><><><><><><>
Ardian berjalan pelan menuju gudang. Membuka pintu ruangan itu. Ia menutup hidungnya karena terlalu banyak debu di ruangan ini. Ardian mengamati ruangan ini. Tak lupa dengan menyalakan lampunya, ia berjalan mendekati banyak kardus yang bertumpuk.
Mengambilnya satu dan menaruhnya di lantai. Membukanya dengan hati-hati karena banyak debu yang menempel.
"Sangat berdebu!" Ardian menggerutu.
Dibukanya kardus itu, ternyata foto masa kecil Shaka yang tengah di gendong olehnya ketika batu saja lahir ke dunia ini. Ardian terdiam, ia mengambil satu pigura itu. Menatapnya dengan tatapan entah apa itu artinya.
Pikirannya terbang ke masa lalu, dimana ia menjadi orang tua untuk yang pertama kalinya.
Flashback on
Oek oek oek
Ardian tersenyum haru melihat sang isteri yang telah berhasil membawa anak pertama mereka ke dunia ini. Ia mengecup singkat kening Allea. Allea tersenyum, ia berhasil.
"Anak kita sudah lahir sayang. Iya, dia sudah lahir sayang!" Ardian memekik riang.
"Bayinya laki-laki ya bu, pak. Saya bawa bayinya terlebih dahulu ke ruang NICU. Bapak bisa keluar terlebih dahulu biar ibu di pindahkan ke kamar rawat.
"Baik sus,"
Ardian menatap Allea. "Aku keluar dulu ya sayang?"
Allea mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Novela JuvenilPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...