Ceritanya singkat, namun melekat. Bukan takdir, tapi hanya sekedar hadir. Bukan komitmen, tapi hanya sekedar moment.
-Alana-
<><><><><><><>
Nb: chap panjang. Siapin lagu galau dulu dongs, hayati ya!
<><><><><><>
Seorang pemuda dengan paras tampan namun pucat menatap sendu jendela ruang rawatnya. Malam ini, malam yang mungkin akan semua orang ingat.
Tepat pada malam ini, umur Shaka habis sampai di sini. Mau bagaimanapun cara mengubahnya rasanya pun akan tetap mustahil.
Di tangannya, ada secarik kertas yang baru saja ia tulis. Senyuman simpul dari ke dua sudut bibirnya terangkat. Shaka berjalan ke arah nakas di samping ranjangnya. Menaruh secarik kertas itu pada suatu kotak berwarna merah bersama dengan sebuah kalung emas yang liontinnya berbentuk bintang dan bulan berwarna biru, tak lupakan sebuah kamera yang entah isinya apa. Hanya Shaka dan Tuhan yang mengetahuinya.
"Aku cuma bisa kasih ini sebagai kado perpisahan kita. Ku harap kau menyukainya,"
Tok tok tok
Shaka menoleh ke pintu ruangannya yang diketuk oleh seseorang. Dari balik pintu seorang dokter paruh baya serta anaknya masuk ke dalam ruangan rawat Shaka.
Shaka menyambut mereka, tersenyum hangat.
"Malam, Shaka."
"Selamat malam, Shaka,"
"Malam dok, mas,"
"Terimakasih ya dok,"
Dokter Bastian dan Bhavin tertegun mendengarnya.
"Terimakasih atas semua jasa dokter buat saya walau hanya dengan waktu yang terbilang singkat ini,"
Dokter Bastian mendekat ke arah Shaka, menepuk bahu Shaka pelan. "Itu sudah tugas saya sebagai dokter, Shaka. Kewajiban saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Teen FictionPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...