25] Senja dan Pelangi

71 6 0
                                    

Ingat, berjuang untuk tetap hidup itu lebih baik daripada harus menyerah dan mati begitu saja.

-Raden-

<><><><><><><><>

Malam telah berganti dengan pagi. Seluruh halaman rumah basah, basah karena tangisan hujan yang turun membasahi bumi. Shaka sudah berada di sekolah, ini masih pagi dan disertai hujan membuat siswa-siswi datang terlambat. Shaka membawa tungkai kakinya ke arah halaman belakang sekolah. Di sana terdapat sbuah pohon yang sangat rindang.

Shaka membuka payung yang ia bawa. Ketika sudah sampai di sana, ia memetik satu bunga mawar putih yang terlihat sangat cantik di matanya. Menciumnya, harum. Walau terkena basah karena hujan, tak membuat harumnya bunga itu menjadi hilang.

Ia bawa tungkainya kembali ke kelas. Menutup payung dan melipatnya kembali. Di kelas, ia taruh bunga itu di vas kecil yang ia punya. Ia baru mendapatkannya kemarin di halama belakang. Sangat-sangat random.

Ia isi vas itu dengan air dan menaruh bunga itu di vas. Ia kembali memandanginya dengan tatapan indah. Ia menaruh di dekat jendela, karena ia duduk di dekat jendela.

"Gue jadi mikirin deh, kalo kemo. Gue udah searching katanya kemo bisa bikin rambut rontok, bahkan botak. Rambut gue bakal ilang dong? Gue jadi kayak apa nanti? Gue jadi enggak ganteng dong??"monolognya.

"Baa!!!"

Haidar dan Raden datang mengejutkan Shaka yang sedang larut dengan pikirannya. "Ternyata kalian. Fyuh. Ngagetin aja lo pada!"

"Haha. Mikirin apa sih Shak? Kayak beban amat tuh muka"

"Emang! Gue disuruh kemo. Kemo katanya bikin botak loh, nanti rambut gue ilang Dar, Den"

"Kemo ya?"

Shaka mengangguk lagi. Ia duduk di kursinya memainkan tangannya. "Kemo enggak buat gue sembuh Den, Dar. Mending gue enggak usah kemo, kemo juga ngabisin duit kan?"

"Shaka, denger gue deh. Berjuang dulu, coba perlahan. Jangan pesimis napa! Lo tanpa rambut aja masih ngalahin kegantengan gue sama Haidar nanti. Enggak ngaruh Shaka. Ikutin aja kemonya."jelas Raden.

"Tapi-"

"Kita mau lo sembuh Shak."potong Haidar.

<><><><><><><><><>

"Karna kita enggak punya waktu buat main, sekarang waktunya. Nyok main kemana?"seru Haidar.

Raden tampak berpikir. Ia menjetikan jarinya. "Main ke taman kincir ae. Liat senja di sana juga. Lo bawa kamera kan Shak?"

Untungnya ketika mereka pulang sekolah sudah tidak lagi turun hujan, namun masih saja mendungnya.

"Bawa kok"

"Pas itu gas lah yok!"

Ketika mereka yang sudah menaiki mobil Shaka, Veno dan Varen menghalangi keluarnya gerbang. Kepala Shaka menyembul dari jendela mobil.

"Minggir Ven. Ketabrak nanti!"ucap Shaka.

Veno dan Varen menyengir. "Ikut bang!"

ARSHAKA DAN DUNIANYA || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang