6] Keluarga Nomor 1

203 12 0
                                    

Kurang apa aku sebagai kakakmu menyayangimu? Jelaskanlah kurang apa diriku sebagai seorang kakak?

-Arshaka-

<><><><>

"Bunda Shaka berangkat ya?" Shaka menyalimi tangan Allea. Allea berpesan harus berhati-hati ketika di jalan. Shaka berjalan kaki sampai jalan raya untuk mencari bus.

Ia menunggu di tempat yang dinamakan Halte bus. Menunggu kendaraan itu dengan mendengarkan lagu Jiwa Yang Bersedih di earphone yang ia pasang di telingannya.

Sesampainya bus di depan matanya, ia langsung masuk ke dalam dan mengambil duduk di salah satu bangku. Pagi ini hawanya sedikit dingin, awan hitam menghisasi langit. Jalan raya ramai oleh pengendara motor dan mobil.

Tak butuh waktu lama, ia sampai di sekolahnya. Turun dengan santai tanpa memperdulikan bisikan-bisikan orang-orang yang ada di sana.

"Eh kok si Shaka malah naik bus sih?"

"Lah iya"

"Si Arshaka ganteng ya? Enggak kayak adeknya si Alveno"

"Kan Shaka emang ganteng, pinter, baik, dingin wow banget makin bikin gue tergila-gila"

"Eh tadi Veno dateng naik motor loh"

"Alah biarin, mau naik motor mau mobil, bus, truk sekalipun gue enggak peduli. Intinya kalo Shaka yang naik tetep suka"

Dan masih banyak lagi bisik-bisikan yang Shaka dengar pagi ini. Shaka dan Veno selalu dibandingkan, yang Shaka lebih pinterlah apalah. Shaka yang smartboy dan Veno yang badboy. Itu perbedaan mereka di sekolah.

Shaka berjalan di lorong kelasnya, tanpa memperdulikan yang lain, dan sesampainya di kelas ia langsung duduk. Haidar dan Raden menatap Shaka yang baru datang tanpa menyapa mereka.

"Kagak nyapa-nyapa lo Shak!" Raden menepuk bahu Shaka. Shaka menoleh sekilas. Haidar geleng-geleng melihat kelakuan sohibnya.

"Shak-shak-shak"panggil Haidar. Shaka menatap wajah Haidar kesal. Shak-shak-shak, emang dia ikan hiu apa.

"Nama gue SHAKA, Haidar!" Haidar menyengir, lagi kalaupun Shaka tidak dipancing seperti itu cowok itu tidak akan mau berbicara.

Mereka bertiga bercanda gurau sembari menunggu tanda bel masuk. Tak lama, bel yabg ditunggu-tunggu pun berbunyi. Guru-guru sudah memasuki semua kelas yang ingin diajarnya. Pelajaran pertama kali ini, bahasa Indonesia. Pelajaran yang semua orang tidak suka kecuali Shaka. Pemuda itu tampak serius mendengarkan guru di depan menjelaskan, berbeda dengan Shaka, siswa di kelasnya hanya menatap bosan guru di depan.

Banyak yang mengatakan bahwa pelajaran bahasa Indonesia sangat membosankan, padahal kalo kata Shaka "Kalo lo pada enggak suka bahasa Indonesia, kenapa lo pada ngomong pake bahasa itu?" Benar juga sih apa yang dikatakan oleh Shaka waktu itu.

Setelah mapel bahasa Indonesia selesai, dilanjut mapel seni budaya dan prakarya. "Saya akan beri tugas untuk kalian. Gambarlah seseorang yang kalian sayangi. Saya akan tinggal karena ada rapat." Kata pak Kadi guru seni Shaka.

Siswa-siswa mendesis pelan. Mereka semua tak bisa menggambar. Mereka menatap pada satu orang yang tengah sibuk menggambar. Orang itu Shaka. Shaka memang bisa apa saja ternyata. Shaka yang merasa diperhatikan menatap semua orang di kelasnya.

ARSHAKA DAN DUNIANYA || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang