Ada kalanya matahari itu perlu mengalah untuk meredup. Agar hujan punya kesempatan, karena bumi tak hanya membutuhkan teriknya matahari tapi juga kesejukan hujan. Kamu juga tak hanya butuh tawa tapi juga air mata.
-Someone-
<><><><><><><>
Nb: chap panjang ya. Jadi hayati aja deh. Oh iya, jangan lupa vote dan dengerin lagu galau. Dijamin enggak kerasa lama bacanya, hehe.
<><><><><><>
Hembusan angin kencang terasa di pemakaman pagi ini. Langit nampak mendung, seolah ikut merasakan sedih dan lara mereka yang ditinggalkan.
Rombongan berpakaian serba hitam ikut serta dalam acara pemakaman. Seorang pemuda memegangi sebuah bingkai foto kakaknya.
Air mata semuanya terjatuh melihat jasad Shaka yang ingin dikebumikan. Timbunan tanah mulai menutupi liang lahan.
Raden dan Haidar berusaha tegar di depan pemakaman Shaka. Persahabatan yang bisa disebut lama, persahabatan ke tiganya terbilang awet, tetapi hari ini Raden dan Haidar harus rela mengikhlaskan kepergian Shaka, salah satu sahabat mereka.
Seorang gadis meratapi kepergian sosok malaikat pelindungnya dengan mata yang sudah menumpahkan air matanya. Ia sudah janji pada Shaka untuk tidak menangis, namun ia melanggarnya.
Seorang wanita memeluk batu nisan milik puteranya. Mengelusnya dengan lembut. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Tak bisa menerima bahwa kenyataannya anaknya telah pergi untuk selamanya.
Orang-orang yang ikut hadir satu persatu meninggalkan pemakaman. Tersisalah keluarga, sahabat, dan satu gadis cantik.
"Sayangnya bunda...."
"Shaka udah enggak ngerasa sakit lagi kan? Tidur yang tenang di sana ya? Kami di sini akan coba ikhlas,"
Meski Shaka sudah berpamitan padanya, ada rasa tidak rela di hati Allea. Merasa belum siap untuk ditinggal oleh putera sulungnya.
Bukan hanya Allea sebagai orang tua Shaka yang sedih, namun juga Ardian. Hatinya tak terasa tenang. Sebuah penyesalan, rindu, kesedihan, kekecewaan pada dirinya sendiri hinggap.
Veno yang sudah terduduk lemas di samping makam sang abang meremas tanah pemakaman Shaka. Saat dinyatakan Shaka telah tiada, Veno hanya bisa diam dan menangis sampai air matanya habis.
"Maaf bang. Gue masih enggak bisa rela atas semua ini!"
"Lo kasih kesempatan untuk gue dan ayah dengan waktu singkat bang,"
"Tunggu gue di sana. Gue bakal susul lo, bang. Gue emang belum ikhlas tentang kepergian lo bang, tapi gue janji akan terus coba ikhlas."
"Gue akan kejar impian gue sesuai apa yang lo bilang kemarin bang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Teen FictionPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...