Hidup adalah seni menggambar tanpa penghapus.
-John W. Gardner-
<><><><><><><>
Hari Selasa, 5 Desember. Hari keberangkatan Shaka ke Korea Selatan untuk mengikuti lomba skatting tingkat Internasionalnya. Dengan ditemani oleh coach, Shaka berangkat dari sekolah menuju bandara.
"Hati-hati ya di sana? Bunda nunggu kamu pulang dengan selamat nak,"
"Janji bawa piala bang. Gue mau pamerin ke temen-temen gue kalo abang gue itu seseorang yang hebat!!"
"Shak, I'm so sorry. Gue enggak bisa ikut. Semoga menang ya? Sehat-sehat di sana,"
"Janji pulang Shaka! Kita semua nunggu lo,"
"Kak, aku nunggu kakak pulang. Semangat ya?!"
Shaka tersenyum haru. "Gue bakal bawa piala kemenangan itu. Sebagai tanda gue berhasil membawa nama baik gue dan nama baik sekolah ke Negara Korea Selatan!"
<><><><><><><><><><>
"Coach, kira-kira aja nih. Saya bisa bawa piala itu enggak?"tanya Shaka pada pelatih skattingnya.
"Tentu Shaka. Kamu sudah sering mengikuti lomba-lomba seperti ini. Jadi, kamu pasti bisa membawa piala itu menjadi milikmu."
"Semoga ya coach. Saya bisa banggain orang tua saya dan orang yang saya sayangi,"
Pelatih Shakapun mengangguk sembari menunjukkan senyumnya. "Pasti. Itu pasti. Orang tuamu akan bangga nak. Tidak ada orang tua yang tidak bangga akan keberhasilan anaknya ini. Son, you always make your parents and school proud, Shaka."
'Salah. Nyatanya ada orang tua yang tidak bangga atas keberhasilan anaknya. Ya, ayahku. Tanyakan padanya apa dirinya bangga padaku?'
<><><><><><><><><><>
"Langsung istirahat ya? Ini kuncinya," sang pelatih memberi sebuah kunci kamar kepada Shaka. Shaka hanya mengangguk mengambil kunci itu dan melenggang pergi dari hadapan pelatihnya.
Shaka berjalan pelan dengan menggeret koper hitamnya. Kepalanya sudah berputar, ingin rasanya cepat-cepat tiduran di atas kasur. Ketika ingin membuka pintu, Shaka berhenti melihat seseorang di sebelahnya.
"Eum, this room too?" Shaka berbicara menggunakan bahasa Inggris. Laki-laki itu mengangguk. Tersenyum hangat pada Shaka.
"Yeah. Can I come in directly?"
Shaka membuka knop pintu. "Of course!"
Shaka dan laki-laki itu masuk ke dalam kamar dengan 2 kasur di dalamnya. Laki-laki itu duduk di tepi kasurnya memperhatikan Shaka yang sedang beberes.
"Oh yeah, by the way we haven't met yet. Which country are you from?" Pertanyaan itu membuat kegiatan Shaka terhenti. Shaka menatap lawan bicaranya itu.
"Indonesia. You?"
"Australia. I'm Delcan Nalve," laki-laki yang baru saja memperkenalkan dirinya pada Shaka. Shaka membalas tos-an yang dikenal dengan nama Delcan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Teen FictionPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...