Kita harus tau, kalau kesulitan bisa kita lewati. Kita harus menganggap bahwa kesulitan adalah bagian dari proses. Kita tidak boleh kalah dengan kesulitan yang ada.
-Raden-
<><><><><><>
"Sus tolong teman saya sus!"teriak Raden. Suster yang ada di sana langsung membantu mereka. Shaka ditidurkan di salah satu brankar di sana. Suster tersebut langsung mendorongnya ke arah UGD.
"Masnya pada tunggu di sini ya. Terimakasih"ucap suster itu.
Haidar dan Raden menatap nanar pintu UGD. Raden menepuk bahu Haidar menyuruhnya untuk duduk. Mereka duduk terdiam. Haidar menarik rambutnya sendiri.
"Siapa yang buat Shaka kayak gitu?! Gue bakal cari orangnya!"kesal Haidar.
Raden menoleh pada Haidar. "Di sekolah yang enggak suka sama Shaka siapa lagi sih Dar. Bukannya Veno dkk? Begitukah?"
Haidar langsung terdiam. Mata Haidar menyala. Ia kelewat kesal. "Lo Ven, berani cari gara-gara sama abang lo sendiri. Lo juga cari gara-gara sama gue dan Raden!"gumamnya.
Raden menyadari, Haidar sangat kepalang kesal pada Veno. Ia berusaha menenangkan Haidar dengan menepuk bahunya. Tak lama, dokter keluar. Haidar dan Raden langsung berdiri menghampiri dokter itu.
Dokter itu menghela nafas pelan. "Untung saja kalian membawanya secepat mungkin ke RS. Kalau bisa kita sudah kehilangannya. Teman kalian sudah baik-baik saja. Nanti dia akan dipindahkan ke ruang rawat. Saya permisi dulu"
Dokter itu berlalu pergi. Haidar dan Raden melihat brankar Shaka yang di dorong keluar ke arah ruang rawat pasien. Sampai dimana ruang rawat Shaka.
Mereka masuk, melihat Shaka yang terbaring lemah di atas brankar dengan sebuah luka yang ditutupi perban, tak lupakan sebuah luka di hatinya. Raden menepuk bahu Haidar meminta ijin untuk keluar sebentar.
Raden berjalan dengan tenang ke arah taman. Ia harus memberi tahukan ini kepada Allea-bunda Shaka. Allea harus tau.
"Halo Raden. Kenapa telfon tante? Ini kan masih jam sekolah"
"Tante, saya cuma mau bilang. Kalo Shaka masuk RS. Nanti jika tante datang saya akan ceritakan semua kejadiannya"
"Hah?! Ya udah Den. Tante langsung ke sana. Shareloc ya?"
Panggilan terputus. Raden mengetikan sesuatu di ponselnya. Setelahnya ia kembali memasukan ponselnya ke saku celana. Ia memandang lurus ke depan. "Pasti Haidar mau bikin tuh anak bonyok. Gue yakin 100%"gumam Raden. Ia sudah tau dan akan menduga bahwa yang membuat Shaka seperti ini adalah Veno-adiknya sendiri.
Ia kembali berjalan memasuki rumah sakit. Berjalan melewati lorong demi lorong. Ia duduk di depan ruang rawat Shaka menunggu bunda Shaka datang dengan memainkan ponselnya.
<><><><><><><><>
Haidar memandang sahabatnya. Haidar tau pasti jika itu Veno. Veno yang membuat Shaka masuk rumah sakit seperti ini. Ia akan memberi sebuah pelajaran untuk Veno besok. Lihat saja nanti.
"Gue keluar dulu Shak"
Ucapan Haidar tidak terjawab, hanya suara EKG yang berbunyi. Sebelum ia membuka pintu untuk keluar, pintu lebih dulu dibuka oleh Allea yang masuk terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Fiksi RemajaPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...