39] Tidak Pernah Jelas

49 3 0
                                    

Seseorang yang menyimpan traumatis dan lara yang mendalam, biasanya senyumannya indah dan menawan.

-Someone-

<><><><><><><>

"Shaka, lo ngerasain apa?" Shaka meringis pelan, memegangi kepalanya yang terasa berputar itu.

"Ssshhh...pusing. iya pusing." Shaka menjawab. Raden menekan tombol darurat. Tak lama Shaka diperiksa oleh dokter Bastian dan suster.

"Shaka, hari ini kamu kelelahan. Sangat. Kamu memforsir banyak tenaga Shaka. Dokter akan kembali lagi nanti, kamu istirahat saja dulu. Jangan nanyain pulang, okey?"dokter Bastian keluar dengan para suster setelah mengecek keadaan Shaka.

Shaka memejamkan matanya. Ia tak tidur, hanya sedikit berharap dengan memejamkan matanya, pusing itu akan hilang. Raden dan Haidar memperhatikan Shaka dengan tatapan dalam dan merasa bersalah.

"Shaka, maafin kita yang udah kayak gini. Gue minta maaf, gue emang lagi sensitif tadi. Entah kenapa," sesal Raden menunduk.

"Gue juga minta maaf Shaka. Gara-gara kita berdua, lo jadi harus masuk rumah sakit," Haidar juga berucap.

Shaka membuka matanya. Menatap ke dua sahabatnya. "Umur kalian ini bukan anak kecil lagi Dar, Den. Anak kecil aja ketika berantem juga, langsung baikan tanpa mengingat apa itu masalah yang membuat mereka seperti itu. Kenapa kalian kalah? Di sini, gue yang paling muda di antara kalian, gue juga yang penyakitan di antara kalian,"

"JANGAN GITU SHAKA!"

Shaka tersenyum simpul. "Gue ini enggak tau hidup sampai kapan, gue cuma mau kalian itu merubah sifat buruk kalian. Kalo gue enggak ada kan siapa yang mau nengahin kalian kayak gini?"

Haidar dan Raden tertunduk dalam. "Gue enggak suka lo ngomong gitu Shak." Raden menyahut.

"Biar. Biar kalian ingat, gue enggak selamanya sama kalian. Dan perlu kalian tau, kalian sahabat baik gue. Gue enggak mau kalian berantem hal sepele yang dibesar-besarkan seperti tadi. Gue paham, paham banget kalo kamar itu juga sebuah privasi. Right? Tapi, kita kan udah biasa kayak gitu." Shaka kembali mengingatkan.

"Lo jangan pernah bawa-bawa pergi atau kematian Arshaka. Gue enggak suka."

"Den, mau lo suka mau lo enggakpun, kematian tetap jalan kehidupan. Gue hanya mengingatkan kalian, hanya itu. Selebihnya, kalian renungkan sendiri."

<><><><><><><><><>

Malampun tiba. Shaka tidak berniat tidur karena tidak mengantuk. Dilihatnya Raden dan Haidar yang sudah tidur di sofa. Lagi-lagi ia harus masuk ke dalam rumah sakit karena kecerobohannya.

Menghelas nafas kesal. Sangat sunyi. Hanya detak jam yang terdengar. Melihatnke atas langit-langit rumah sakit.

"Seperti apa hidup seharusnya?"tanyanya entah pada siapa. Kesunyian membuat pertanyaan itu mengudara tanpa ada yang menjawabnya.

"Alur hidup gue tuh gimana sih? Gue enggak tau sumpah, dimuter-muterin aja. Kadang bahagia sebentar, eh nanti sedih lagi. Ini tuh maunya apa sih?" Shaka kembali bertanya.

ARSHAKA DAN DUNIANYA || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang