5] Hadiah Untuk Shaka

272 16 0
                                    

Tiada yang paling mengerti kecuali bunda dan diriku sendiri.

-Arshaka-

<><><>

Allea dan Shaka menunggu dihalte. Mereka menunggu kendaraan berbentuk persegi panjang beroda banyak. Mereka menaiki kendaraan itu.

"Bunda. Shaka tanya boleh?" Allea mengangguk menatap sang putera. "Kenapa kita harus pergi bunda? Kasihan ayah sama Veno. Bagaimana kalo Veno butuh bunda?"tanya Shaka.

Allea mengusap surai hitam legam anaknya, sekarang anaknya sudah lebih tinggi dan lebih besar darinya. "Shaka sayang. Bunda memilih pergi bersamamu agar dirimu tenang, sama halnya dengan bunda. Biarkan ayahmu berpikir sebentar. Intinya ayah dan Veno akan baik-baik saja. Sekarang pikiran kamu jangan ke situ ya?"ucap Allea pada Shaka.

Shaka mengangguk. Ia kembali menatap arah jendela. "Oh ya bun. Kita mau tidur dimana?"tanya Shaka lagi.

"Bunda punya rumah lumayan jauh dari daerah sini. Rumah yang bunda beli tanpa sepengetahuan ayahmu Shaka. Ini sengaja bunda beli, takutnya ada keperluan yang mengharuskan tinggal di sana.. kita tinggal di sana seminggu ya?"jelas Allea.

Shaka mengangguk pelan. Bus yang diisi oleh banyak penumpang itu melewati sebuah sawah yang luas dan asri. Hawanya yang sejuk menemani mereka selama di perjalanan.

"Terimakasih pak"ucap Allea pada supir busnya. Shaka dan Allea turun dari bus, berjalan kaki sebentar melewati jalan sempit. Jalan itu dipenuhi pohon cemara yang tumbuh menjulang tinggi.

Dengan menarik kopernya, Shaka mengedarkan pandangannya. Sungguh asri tempat ini, begitu kira-kira batin Shaka. Setelah lumayan lama berjalan, mereka sampai di sebuah rumah yang sederhana namun nyaman.

"Ini rumah bunda, rumah ini akan bunda berikan untuk kamu Shaka. Bunda tidak memberimu hadiah ulang tahun mu kemarin karena bunda sedang membeli rumah ini."ucap Allea tersenyum kepada Shaka.

Shaka membulatkan matanya. Ia terkejut mendengar tutur kata yang keluar dari mulut sang bunda. "I-ini beneran bun?"tanya Shaka. Allea mengangguk.

"Rumah ini atas nama kamu sayang"ucap Allea. Shaka langsung memeluk Allea. Ia sangat berterimakasih kepada sang bunda, karena sudah memberikan sebuah hadiah yang luar biasa menurutnya.

"Ya udah ayo masuk. Lihat-lihat rumahnya ya?" Mereka berdua langsung masuk ke dalam rumah. Di rumah ini ada 2 kamar, 1 ruang keluarga yang luas, satu halaman belakang dengan bunga yang menghiasinya, serta kolan renang yang ada di sebelah rumah itu. Tak lupakan, sebuah ayunan di dekat kolam.

Rumah tersebut berada di dekat danau dan taman kincir angin. Allea memilih rumah ini karena ia tahu, Shaka akan suka dengan hadiah yang diberinya.

Shaka memutari rumah tersebut terkesima. Banyak yang ia kagumi dari rumah ini. Bundanya pintar sekali memilih tempat seperti ini. Ia sangat suka hadiah ini. Ia keluar dari rumah itu. Ia mengelilingi bagian luarnya. Ia terkejut ketika melihat sebuah kolam renang dengan ayunan dipinggirnya.

Ia mencoba ayunan itu dengan senang. Jika seperti ini ia lupa jika dirinya sudah SMA. Ia kembali berdiri. Ia harus mengabadikan ini. Ia masuk ke dalam mengambil sebuah kamera, membawanya keluar, dan memotretnya.

Gook gook gook

Suara anjing mengonggong. Shaka mendengar itu. Ia menunduk melihat kakinya. Ada seekor anjing berwarna putih. Shaka menggantungkan kameranya di leher. Dan mengambil anjing itu.

Anjing putih itu menggonggong. Shaka ingin merawatnya. Ia membawanya ke dalam rumah. Ia pecinta hewan, apalagi anjing. Anjing putih yang tadi mengahampirinya sangat imut menurutnya.

"Bunda! Bunda!"teriak Shaka.

Allea keluar dari kamar setelah selesai membersihkan baju-bajunya. "Ada apa Shaka?"tanya Allea.

"Lihat bunda, Shaka bawa apa? Imi lucu kan?" Dengan binar dimatanya, Shaka menunjukan anjing itu pada sang bunda.

Allea mengangguk melengkungkan sebuah senyuman. Ia menghampiri anaknya.

"Kamu dapat darimana? Ini sangat lucu. Kamu mau kasih nama siapa, Shaka?"tanya Allea mengambil anjing putih itu dari tangan Shaka.

"Eum. Siapa ya? Gelta aja deh bun. Artinya gonggongan. Soalnya tadi dia selalu menggonggong"kata Shaka sembari tersenyum memperlihatkan giginya.

Allea mengangguk. Menurutnya itu nama yang sangat bagus. Ia memberi anjing putih itu kepada Shaka lagi. Ia berkata pada Shaka bahwa ia akan memasak makan malam.

Shaka menawarkan diri untuk membantunya. Cukup sederhana makan malam kali ini, hanya ayam yang digoreng, dan sebuah sayur kangkung yang ditumis.

Mereka makan dengan nikmat, bercanda bergurau tanpa memikirkan dua laki-laki di sana. Senang sekali mereka.

Di sisi lain, tepatnya di rumah Ardian. Ardian dan Veno sedang menonton televisi. Mereka saling diam tanpa ada yang berbicara.

"Ayah, bunda kemana sih? Kok malah pergi sama anak itu!"kesal Veno. Ardia menggeleng. Ia benar tak tahu dimana isterinya dan juga anak sulungnya.

"Bang Shak ini malah bikin bunda tambah jauh sama Veno ayah! Veno enggak suka sama dia!"gerutu Veno melempar bantal sofa.

Ardian menoleh. "Terus ayah harus apa, Veno? Haruskah ayah lacak keberadaan bunda dan Shaka?"tanyanya.

Veno mengangguk mantap mendengarnya. Namun yang ia dengar Ardian menghela nafasnya. Ia menatap ayahnya kesal.

"Enggak bisa?" Ardian menggeleng. Bukan itu, ia bisa-bisa saja melacaknya. Namun, apa Allea tidak akan bertambah marah, dan Allea bilang jangan mencarinya dan Shaka.

"Ih ayah mah!"

<><><><><><>

ARSHAKA DAN DUNIANYA || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang