Menangis memang tidak akan menyelesaikan masalah, tapi setidaknya menangis mampu mengekspresikan kesedihan yang kita alami
-Alana-
<><><><>
"Hiks. Semenyakitkan ini ternyata. Mengapa ya Allah....mengapa hambamu ini dilahirkan menjadi seperti ini. Kau apakan hidupku...."raung Shaka.
"Hei. Allah adalah sutradara dalam kehidupan kita. Allah yang menentukan bagaimana alur kehidupan kita. Bahagia ataupun sedih. Mungkin jika dirimu diberi sedih, Allah ingin mengujimu dengan memberi ini semua. Jangan terpuruk, kamu harus kuat"
Seorang perempuan dengan rambut panjangnya serta senyumannya yang teduh. Ia duduk di samping Shaka. Menatap lurus ke depan. Ia menoleh ke arah Shaka. Shaka menatapnya bingung.
"Karena kita enggak saling kenal. Aku mau kita kenal. Kenalin nama aku, aku Alana Quinsha. Kamu?"salam perkenalannya pada Shaka. Alana mengulurkan tangan ke Shaka.
Shaka menerima uluran tangan itu. "Arshaka Langit Adhiyaksa"
"Salam kenal"ucap Alana sembari tersenyum.
"Oh ya. Sepertinya kamu lagi sedih ya? Mau cerita enggak?"tanya Alana. Ia bersenang hati ingin mendengar cerita pemuda di depannya ini.
"Eum. Gue enggak bisa"ucap Shaka pelan.
Alana mengangguk. Ia mengerti, kan dirinya ini baru kenal masa sudah ingin menanyakan cerita. Itu sebuah privasi kan? Alana masih tau privasi.
"Enggak apa-apa. Aku minta nomor kamu boleh enggak. Aku mau berteman sama kamu. Aku enggak punya teman soalnya...."
Shaka bingung. Dirinya ditipu atau bagaimana? Jika dirinya memberi nomor telefon pada perempuan di depannya ini, nanti menjadi sebuah masalah baru untuknya. Tapi melihat wajahnya yang polos, ia percaya.
"Lo beneran?"tanya Shaka. Alana mengangguk. Ia menatap Shaka dengan eye smile.
"Enggak apa-apa kalo emang enggak bisa. Ini sudah malam, aku pamit ya? Aku mau jumpa sama kamu lagi besok. Kamu hati-hati ya? Dadah"Alana melambaikan tangannya pada Shaka. Pamit pergi dari sana.
Shaka kembali kesepian. Mengapa dirinya tidak memberi nomornya saja? Mungkin bisa menjadi teman bukan? Ia berdiri ingin mengejar Alana.
Ternyata, Alana belum sepenuhnya hilang dari pandangannya. Ia berteriak memanggil Alana. Alana menoleh.
"Lana!!"panggil Shaka.
"Gue mau temenan sama lo...."ucap Shaka menahan tangan Alana. Mata Alana berbinar. Ternyata Shaka mau berteman dengannya. Dengan secara reflek, Alana berlompat-lompat kecil.
Tanpa sadar, Shaka tersenyum melihat itu. Alana berhenti lalu tersenyum canggung pada Shaka. "Makasih ya kak Shaka"
Mereka bertukar nomor. Setelah itu pulang ke rumah masing-masing. Alana tersenyum dengan sendirinya. Mungkin sekarang pipinya merah merona dibuatnya.
<><><><><><>
"Assalamualaikum bun"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Teen FictionPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...