16] Senyuman yang Indah

97 6 0
                                    

Takdir seperti labirin yang rumit. Kita hanya memiliki kendali terbatas. Tetapi dengan tekad dan keberanian itu, kita bisa menemukan jalan menuju kebahagiaan.

-Arshaka-

<><><><><><><>

"Ini kak"

"Makasih Lana"

Alana memperhatikan Shaka yang sedang bermain dengan kameranya. Memotret keadaan taman rumah sakit sembari tersenyum simpul. Alana larut dan terpikat pada senyuman itu. Menurutnya, senyuman itu indah. Sangat indah baginya.

Shaka menoleh dan memotret Alana yang masih bengong. Shaka tertawa dibuatnya. Alana yang tersadar langsung melotot pada Shaka.

"Kamu ngapain Lana? Haha. Lihat lucu tau fotonya!"tawa Shaka.

Alana mengerucutkan bibirnya. Pura-pura merajuk karena Shaka sudah memotretnya dengan pose yang sangat jelek.

"Ih lucunya Lanaku"

"Ih kakak nih!"

Shaka masih tertawa. Lalu ia mengusap surai hitam Alana. Dengan seperti itu saja Alana langsung tersenyum. Alana suka dengan usapan Shaka di kepalanya. Lembut rasanya.

"Udah ngambeknya nih?"

Alana langusung mencubit pipi Shaka pelan. "Aku enggak ngambek ya kak!"

Shaka angguk-angguk saja. Ia menarik tubuh Alana ke dalam dekapannya. Alana merasakan hangat. Pelukan Shaka sekarang membuatnya candu.

"Kak"Alana mendongak menatap wajah Shaka. Shaka menaikan satu alisnya tanda bertanya 'apa?'

"Kak, sekarang pelukan kakak membuat aku candu. Kakak harus meluk aku terus ya? Aku enggak mau lepasin pelukan ini"tutur Alana memeluk erat Shaka.

Shaka terdiam. Matanya memerah menahan tangis, tapi bibirnya membentuk sebuah lekukan indah itu. Ia berbisik pada Alana. "Aku akan terus di sini, kalau aku kuat. Oke?"

Alana diam. Kristal bening itu jatuh dari pelopak matanya. Ia memejam mendengarkan ritme jantung Shaka yang berdetak. Ia mengusap dada Shaka yang berada pas di jantung.

"Sehat-sehat ya jantung. Aku masih butuh pemilik jantung ini. Bertahan ya?"bisik Alana.

Shaka tersenyum pedih. Shaka kembali mengusap surai Alana. Jika Allah masih memberinya waktu ia akan terus mencoba untuk bertahan.

"Jiwa dan raga ini harus bertahan. Enggak boleh ninggalin aku."sambung Alana.

Shaka kembali mengangguk pelan. Rasanya seperti aneh saja, dirinya juga tidak menyangka jika jalan takdirnya seperti ini. Lagipula mana bisa Shaka meninggalkan Alana dan bundanya. Jika memang Allah sudah menjempunya bagaimana? Bukan Shaka ingin negatif thingking, tapi rasanya pun ia tidak akan sembuh.

Sekarang dia hanya mengikuti alur takdirnya saja. Biarkan mengalir pada waktunya, Shaka juga berpikir, jika hidupnya tidak lama lagi, ia akan membahagiakan seseorang yang ia sayang dahulu sebelum ia pergi. Ia ingin membuat sebuah kenangan pada hati seseorang yang akan ditinggalkannya.

ARSHAKA DAN DUNIANYA || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang