43] Sebuah Impian

46 5 0
                                    

Aku percaya dengan cara yang entah bagaimana. Tuhan akan selalu memberikan yang lebih dari sekedar baik.

-Alana-

<><><><><><><>

Malamnya, Shaka benar-benar membuat semua orang panik. Shaka kejang-kejang. Dengan sigap, dokter Bastian menangani Shaka. Dokter Bastian menghembuskan nafasnya pelan.

Ia keluar dari ICU, tempat dimana Shaka di bawa ke ruangan ini. Menatap satu persatu orang di ruang tunggu. "Shaka kritis."

DEG

Allea menutup mulutnya tak percaya. Tubuh Allea langsung meluruh ke lantai rumah sakit yang dingin. Tangisnya pecah tak terbendung. Veno yang ada di sana berlutut dan memeluk tubuh bundanya.

"Veno...abangmu Ven, hiks," racau Allea menangis. Veno mengangguk mengerti. "Iya bunda. Abang baik-baik aja percaya sama Veno,"

Alana mendekat ke arah dokter Bastian. "Dokter, kak Shaka pasti bisa melewati masa kritisnya kan?"

Senyum dokter Bastian merekah. "Shaka bisa, nak! Kalian terus berdoa ya? Biar Shaka bisa melewati masa kritisnya ini. Ya sudah dokter pergi dulu,"

Dokter Bastian pergi meninggalkan semua orang di sana. Allea langsung berdiri menghampiri suster yang ingin berlalu. "Sus! Saya ingin masuk melihat anak saya!"

Suster itu mengangguk. "Ayo saya antar bu. Ibu harus menggunakan baju Oka ini ya. Dan untuk waktu jenguknya hanya sebentar bu,"

Setelah memakai baju itu, Allea masuk dengan langkah pelan. Menatap puteranya yang nyenyak tertidur tanpa gangguan apapun. Dengan beberapa selang di tubuhnya.

Hati Allea sakit. Ia mendekat ke arah puteranya. Duduk di sisinya. Menggenggam erat tangan Shaka yang dingin. "Anaknya bunda cepet bangun ya? Bunda sedih nak,"

"Semua orang sedih karenamu sayang, tidurnya jangan lama-lama ya ganteng?"

Allea mengusap lembut tangan Shaka di genggamannya. "Tangan ini yang dulunya mungil, sekarang sudah sebesar ini ya? Ternyata bunda berhasil membesarkan kamu nak,"

Allea mengusap air matanya. "Nak, bunda nunggu kamu. Maafin bunda ya, bunda enggak bisa nahan air mata bunda ini. Shaka, anaknya bunda yang paling kuat. Kamu pasti denger bunda kan, bunda harap Shaka cepet bangun. Banyak yang nunggu kamu sayang,"

"Bu, waktu jenguk sudah habis,"

Allea menoleh ke arah suster. Ia menganggukan kepalanya. "Bunda keluar dulu ya sayang. Jangan lupa pesan bunda,"

Allea mencium tangan Shaka dan menaruh tangan Shaka di ranjang lagi. Meninggalkan Shaka di sana. Tanpa Allea sadar, air mata Shaka turun. Mungkin Shaka memang tidak bangun, namun alam sadarnya mendengar itu.

<><><><><><><><><><>

Di rumah Ardian, hatinya entah mengapa tak tenang. Ia mondar-mandir di dekat pintu. Menunggu anak laki-lakinya pulang.

Ceklek

Veno masuk dengan wajah yang sayu. Ia menatap sang ayah. "Ayah ngapain di depan pintu?"

ARSHAKA DAN DUNIANYA || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang