Abangku terlalu rapuh. Rapuh bagaikan ranting yang hendak patah. Namun, abangku tak ingin mengaku bahwa ia rapuh.
-Alveno-
<><><><><><><>
"Kamu baik-baik di rumah loh Shaka. Dokter pesan, seminggu sekali kamu ke sini, selanya hari kamu apa?"tanya dokter Bastian.
"Enggak ada yang sela dok. Pulang dari sekolah, harus skatting sama les. Itu wajib."jawab Shaka.
"Sepadat itu? Luangkan waktu sebentar saja di hari Jum'at ya?"
"Eum. Ya udah deh,"
"Shaka, kasih tau rumahmu dong. Biar mas bisa main"bujuk Bhavin.
"Ih apaan. Enggak ya mas! Kan kita ketemu di rumah sakit seminggu sekali. Udah cukup itu!"
"Tapi kan dokter juga harus tau Shaka. Saya kan dokter tetap kamu, kalau kamu drop di rumah, ya saya harus datang ke rumah mu dong?"dokter Bastian terkekeh.
"Tuh Shak. Dengerin dokternya. Mas kan mau main kadang,"
"Huft. Ya udah,"
Bhavin tersenyum senang mendapat jawaban itu.
<><><><><><><><>
"Kakak! Kakak!"teriak Alana. Alana berlari menghampiri Shaka yang sedang duduk di halaman belakang bersama dengan kamera kesayangannya.
"Jangan lari-lari Lana. Nanti jatuh!"
Shaka sudah berada di rumahnya sore ini.
Alana sampai. Ia hanya menyengir mendengar penuturan Shaka. Ia duduk di sebelah Shaka. Memainkan baju Shaka. "Kenapa lari-lari? Padahal kan bisa jalan aja, Lan. Nanti jatuh kan enggak lucu,"ucap Shaka tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ih. Ya enggak apa kak. Jatuh ya paling sakit sedikit doang!"
Shaka menggelengkan kepalanya pelan. "Terserah kamu deh"
Alana membetulkan posisi duduknya. Bersandar dengan benar memperhatikan Shaka dengan aktifitasnya.
"Aku percaya cinta itu ada. Aku percaya cinta itu nyata. Aku percaya cinta itu abadi..."
Alana berkata sangat pelan. Namun, Shaka masih bisa mendengarnya karena hanya hembusan angin yang berisik menerpa wajah mereka.
"Kenapa?"
"Kak, semenjak aku ketemu kamu di halte, aku mulai tau rasanya jatuh cinta. Jatuh cinta sedalam-dalamnya. Dan itu baru pertama kali aku rasain. Kakak tau, aku tidak mempunyai seorang figur ayah di hidupku. Aku ngerasa nyaman dan aman di dekat kakak,"
"Aku selalu merasa kalo kakak adalah pelindung aku, pengganti seorang ayah di hidupku. Ketika kakak berbicara tentang pergi, itu membuat aku sedih. Aku takut akam kehilangan, kehilangan yang akan kembali menghampiri"
Shaka menurunkan kameranya. Berdiam mendengarkan seluruh pembicaraan Alana. Alana tau, Shaka pasti mendengarnya.
"Walau aku percaya cinta abadi. Selamanya akan abadi. Tapi aku enggak mau kalo nantinya kakak harus ninggalin aku kayak ayahku kak. Cukup satu laki-laki saja yang menjadi cinta pertamaku yang meninggalkanku. Jangan kakak. Cinta terakhir aku cuma di kakak,"
Alana menatap wajah Shaka. Shaka juga menatapnya. Shaka pegang erat tangan Alana.
"Lana. Jika memang aku bukan takdirmu nanti, relakan aku. Kamu akan menemukan pendamping yang lebih baik nantinya. Lagipula, jikapun aku pergi, itu karena takdir bukan?" Shaka menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Roman pour AdolescentsPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...