Sekuat apapun kamu, pasti kamu punya titik terlemah. Kadang, titik lemah itu jadi momen untuk tumbuh lebih kuat. Aku yakin kamu punya kekuatan di dalam dirimu.
-Someone-
<><><><><><><><>
"Apa ini?"
"Nanti aja di kamar bukanya. Di sini enggak tenang. Cari yang lain dulu deh!"
Ia taruh buku itu di lantai berdekatan dengan foto bayi Shaka. Kembali mencari barang yang bisa ia temukan di dalam kardus itu.
"Wow, what is that?"
Veno kembali mendapatkan sebuah kotak kecil berwarna coklat yang terkunci. "Dikunci anjir! Gue apain ye? Nanti aja deh lagi,"
Veno menaruhnya kembali. Ah sudah tidak ada yang perlu dicari, Veno pergi keluar membawa tiga barang di tangannya. Mengunci kembali ruangan gudang. Menaruh kuncinya di dapur dan beranjak pergi naik ke atas tepatnya di kamarnya berada.
Klek
Ia mengunci pintu kamarnya sendiri. Menaruh ketiga barang itu di meja belajarnya. "Yang mana dulu harus gue buka?" Veno tampak berpikir keras, namun tak lama ia mengambil sebuah buku usang itu. Membukanya perlahan.
"Little moment? Apaan ya?"
Veno membuka halaman pertama buku itu. Terlihatlah foto Shaka bersama dengan ke dua orang tuanya. Di bawahnya, terdapat sebuah tulisan pendek yang hampir saja pudar dan Veno yakini ini tulisan sang ayah yang Veno sangat kenal jelas.
Bertuliskan,
Bandung, 08 Desember 2005.
Di hari itu, tepatnya anakku terlahir ke dunia. Aku sangat senang, bahagia, terharu, sedih, bercampur menjadi satu. Aku menjadi seorang ayah untuk pertama kalinya, aku berjanji aku akan menjaga anakku dan Allea. Aku siap bertaruh nyawa sama seperti Allea yang berjuang melahirkan Shaka. Arshaka Langit Adhiyaksa, nama anak pertamaku.
-Ardian Adhiyaksa
"Ayah?" Veno membuka lembaran ke dua buku usang itu. Terlihat foto Shaka yang sedang merangkak.
Bandung, 4 Oktober 2006.
Anakku Shaka sudah bisa merangkak sendiri. Aku sangat senang tentunya. Anak ayah hebat, ayah bangga sama Shaka!
-Ardian Adhiyaksa
Veno mengadahkan kepalanya ke atas, menahan laju air matanya yang hampir saja jatuh. "Ayah masih harus terus bangga sama abang yah!"
Veno kembali membuka halaman buku itu. Terlihat Shaka yang sudah bisa berjalan dan berlari. Veno tersenyum kecil.
Bandung, 12 Maret 2007.
Anak ayah Shaka sudah besar. Sudah pintar, sangat pintar. Anak ayah hebat, kuat, tampan. Shaka bisa langsung belajar berdiri, berlari, dan berbicara dengan cepat. Ayah bunda bangga nak
-Ardian Adhiyaksa
Sekarang Veno benar-benar tak bisa menahan laju air matanya, ia menundui terisak memeluk buku usang itu.
"Apa ayah sama sekali enggak mengingat bahwa ia pernah menulis surat ini?"tanya Veno masih dengan isak tangisnya.
Dan buku yang berjudul Little Moment itu berisi foto tumbuh kembang Shaka dan tulisan pendek Ardian. Veno menaruh buku usang itu di meja, beralih pada kotak berwarna coklat yang terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Teen FictionPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...