Alana membuka matanya, kepalanya terasa nyeri kala ia berhasil membuka matanya secara penuh. Ditatapnya tubuh kekar suaminya yang sedang membelakanginya dengan cerutu ditangannya.
"Ada apa denganku?" Gumam Alana pelan pada dirinya sendiri dan mendudukkan dirinya.
Namun, gumaman Alana dapat didengar oleh Jack membuat ia menoleh dan langsung mematikan cerutunya setelah ia menyesapnya sekali lagi. Jack menghampiri Alana dan langsung duduk dikursi yang tersedia di sisi kasur king size mereka.
"Apa yang kamu rasakan sayang? Jika ada yang sakit katakan padaku" suara penuh dengan nada khawatir itu menyambut gendang telinga Alana.
Namun disaat yang bersamaan, Alana mengingat dengan jelas apa yang ia lakukan sebelum jatuh pingsan tadi. Seketika atmosfer diruangan itu terasa dingin untuk Alana. Matanya menatap dengan getir tangannya sendiri.
"Aku.. membunuh orang.."
Gumam Alana, keringat dingin mulai membasahi pelipis Alana dengan jantung yang berdebar kencang.
Jack menatap Alana mencoba menganalisis apa yang terjadi, bukankah Alana tadi melakukannya secara sadar dan atas kemauannya sendiri? Mengapa kini ia justru tersentak terlihat merasa bersalah?
"Aku membunuh orang!.. aku jahat.. Jack.. apa yang harus ku lakukan? Tolong bantu aku Jack.. ada apa denganku? Hiks"
Tangisan Alana membuat suaminya langsung berpindah posisi duduk dikasur kemudian menarik gadis itu kedalam pelukannya. Alana meluapkan tangisnya disana dan terus mengatakan bahwa dirinya jahat dan pembunuh. Hati Jack kembali terasa tersayat beribu-ribu jarum mendapati kini istrinya kembali merasa kegelapan dalam hidupnya.
"Sayang.. kamu tidak jahat sayang.. tenang ya? Aku yang salah, aku yang membunuh mereka bukan kamu.. kamu tidak bersalah sayang" Jack terus menenangkan Alana dengan suara yang ia buat selembut mungkin.
Alana kemudian mengendurkan pelukannya, dengan mata serta hidung yang memerah dan sesegukan ia memandang Jack. Jack mengerti, ini adalah pertama kali dihidup Alana melakukan hal seperti yang ia lakukan pada Adrian dan Alex.
Saat hatinya dikobarkan oleh api dendam, jelas ia akan gelap mata akan segalanya. Tetapi disaat yang bersamaan akal sehatnya juga menolak yang mengakibatkan Alana shock dan penuh dengan rasa bersalah seperti ini. Jack cukup paham hal itu, karena dulu ia pun pernah merasakannya. Ia membunuh orang karena amarah kemudian merasa bersalah setelahnya.
"Don't cry anymore ana"
(Jangan menangis lagi ana)
Tangan pria itu terulur mengusap pipi Alana yang basah, kemudian ia mengecup singkat bibir yang senantiasa cemberut itu sedari tadi.
"Mungkin.. anak kita disana merasa senang tidak jadi lahir dari rahim ibu pembunuh sepertiku." Ucap Alana lirih
"Stop it. Tidak sayang, Mereka pantas mendapatkan itu setelah apa yang mereka lakukan padamu hingga membuat kita kehilangan anak kita."
"Tatapi.."
"Tidak ada tapi, jangan dipikirkan. Kita mulai hidup baru sekarang okay? Aku tidak mau kamu terus bersedih seperti ini. Hatiku sakit."
Alana mengangguk seolah mengerti tetapi air mata tetap keluar dari pelupuk matanya, bibirnya yang cemberut pun tidak berubah sama sekali.
"Boleh aku peluk lagi? Peluk yang lama.. aku mau peluk kamu hiks" ucap Alana dengan suara nya yang terdengar serak
Jack tersenyum tipis, tangannya langsung terbuka lebar menyambut Alana yang kembali masuk kedalam dekapannya. Mereka berpelukan, memberi semangat satu sama lain, mengungkapkan rasa cinta satu sama lain. Pelukan itu berhasil membuat pondasi kokoh dihati Alana untuk tetap kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jack's Obsession
RomanceBagaimana jika waktu liburan yang kamu pikir akan menyenangkan justru membawamu kesebuah sangkar tanpa pintu? Dimana seseorang yang tidak pernah kamu bayangkan kini sangat terobsesi denganmu. "Apa kamu pikir aku akan dengan mudah melepasmu hanya den...