Jack keluar dari ruang bawah tanah setelah membersihkan bekas darah yang berasal dari tubuh Margareth. Ia tak ingin menunda untuk membersihkannya atau membersihkannya dikamar mandi yang terletak didalam kamar, pria itu takut mendatangkan hal buruk kepada istri dan anaknya.
"Sayang, ku lihat tadi ada tiga cup ice cream disini dan kamu menghabiskannya secepat itu."
Alana menoleh kebelakang dimana suaminya kini berjalan kearahnya dengan tangan yang ia masukkan ke saku celananya.
"Aku takut kamu memintanya." Jawab Alana berniat meledek suaminya.
Jack terkekeh dan duduk disamping Alana.
"Kamu benar, aku datang kembali untuk merebut ice cream mu. Sayangnya sudah habis."
"Huu, dasar. Kenapa cepat sekali mengurus pekerjaanmu? Biasanya hingga tengah malam belum juga selesai berkutat dengan tumpukan kertas itu." Ucap Alana dengan menyindir suaminya yang memang sering berkutat dengan kertas putih dan laptopnya hingga tengah malam yang membuatnya tidak bisa terus menempel pada Jack.
"Aku menyelesaikan cepat agar bisa menemanimu tau? Dan apakah aku terlalu fokus pada pekerjaan ku hingga membuatmu merasa terbaikan?" Tanya Jack. Sebenarnya ia tau bahwa faktanya tidak seperti itu, karena ia sendiri selalu memprioritaskan Alana. Hanya pada moment tertentu saja Jack benar-benar tidak bisa diganggu.
"Tidak juga si.." jawab Alana
"Maaf ya sayangku." Kata Jack kemudian memegang pipi Alana dan mengecup nya singkat.
"Karena kamu sudah membelikanku ice cream maka aku maafkan." Jawab Alana kemudian tersenyum senang.
"Lucu sekali, aku jadi ingin menggigitmu." Kata Jack kemudian menggigit bibir bawahnnya merasa gemas dengan Alana.
Alana berdiri dari duduknya diatas kursi dan berpindah keatas pangkuan suaminya. Memeluk erat leher Jack dan bersandar pada dada bidang suaminya yang terbalut kemeja biru.
"Aku merindukanmu." Kata Alana.
"Kita bertemu setiap hari sayang." Jawab Jack dengan lembut.
"Lalu aku tidak boleh merindukanmu?"
"Boleh dong! Meskipun kita bertemu setiap hari aku juga sangat sangat merindukanmu istri cantikku." Balas Jack cepat setelah mendengar penuturan Alana. Jika ia tidak cepat mungkin Alana akan menambahkan kata-katanya yang berujung merajuk.
"Aduh sakit" keluh Jack dibuat-buat saat Alana dengan gemas menggigit lengannya.
"Kamu sangat nikmat." Ujar Alana sembari terkekeh setelah menggigit lengan Jack. Pria itu tersenyum, tingkah Alana ada ada saja, batinnya.
"Aku akan menangis jika kamu menggigitku lagi aduh." Ucap Jack terlihat berakting kesakitan.
"Aku tau kamu berpura-pura ya! Sudahlah ayo kekamar saja. Kita lihat kamar little j!" Seru Alana kemudian ia berdiri dan menarik tangan suaminya dengan tak sabaran.
"Baiklah sayangku, ayo."
Mereka kemudian menaiki tangga dengan Jack yang senantiasa menjaga Alana. Jack menatap punggung cantik istrinya dengan tatapan yang dalam. Ia begitu mencintai Alana apapun keadaannya. Alana benar-benar berhasil membuat hati yang keras menjadi selemah ini jika berkaitan dengannya.
Jack membuka pintu kamarnya kemudian menutupnya rapat dan menguncinya dari dalam.
"Dekorasinya sudah sesuai dengan kemauan mu sayang "
Jack membuka pintu disisi tembok yang terhubung dengan ranjang. Pintu itu merupakan akses menuju kamar sebelah dimana kamar itu Jack persiapkan untuk little J. Pembuatan kamar itu pun Alana tau karena mereka bersama-sama mencari tema dan perlengkapan didalamnya.
Jack sengaja membuat kamarnya terhubung dengan kamar little J agar jika nanti saat Alana merawat little J tidak perlu keluar masuk kamar.
Posisi kamar ini berada disisi kanan kamar mereka, sedangkan sisi kirinya adalah kamar aaron yang siap siaga untuk menjaga Alana. Lorong lantai dua begitu luas, banyak ruangan penting seperti ruang meeting jika memang ada kepentingan mendadak, red room, dll.
Jack tersenyum pada Alana sambil menggenggam tangan istrinya. "Alana, inilah saatnya. Mari kita lihat kamar tidur Little J."
Mereka berdua berdiri dan berjalan menuju kamar tidur bayi. Kamar ini dipenuhi dengan cahaya alami yang masuk melalui jendela-jendela yang besar, dan didekorasi dengan warna-warna lembut seperti biru muda dan putih.
Mereka berdua masuk ke dalam dengan hati menghangat. Dinding kamar ini dihiasi dengan gambar-gambar lucu seperti balon udara, beruang teddy, dan bintang. Sebuah crib putih yang indah diletakkan di tengah-tengah kamar.
"Kita mengecat kamar ini dengan tidak begitu rapih sayang. Namun sudah dibenahi oleh pekerja bangunanku." Kata Jack. Ia mengingat dengan betul bagaimana dirinya dan Alana mengecat tembok kamar ini mereka saling menertawai karena terkena cipratan putih dari cat temboknya.
"Iya, meski begitu akan menjadi kenangan indah. Setidaknya kita sudah berusaha Jack. Dan coba lihat lampu gantung ini, aku suka sekali!" Dia meraih lampu gantung berbentuk awan yang menggantung di atas crib.
Mereka berdua berjalan mendekati crib, tersenyum lebar. Jack membuka sisi crib yang bisa digerakkan untuk menunjukkan kasur yang nyaman dan selimut lembut berwarna biru muda yang mereka siapkan untuk bayi mereka.
"Kasur ini sangat empuk dan nyaman." Ujar Alana
Jack menambahkan, "Dan selimut ini akan membuatnya tetap hangat. Lihatlah, kita juga punya laci khusus untuk semua perlengkapan Little J di sini." Dia membuka laci di sisi crib yang berisi pakaian, popok, dan botol susu.
Mereka duduk di kursi ayunan kecil yang mereka tempatkan di kamar tidur bayi tersebut. Jack kembali berbicara,
"Kamar ni akan menjadi tempat Little J tidur, bermain, dan tumbuh. Aku tidak sabar ingin melihat dan merawat little J bersamamu sayang."
Alana tersenyum hangat mendengar penuturan Jack.
"Aku juga, Jack. Tempat ini kita buat dengan penuh kasih sayang aku yakin Little J akan merasakan ketulusan dan cinta kita."
Jack menggenggam tangan Alana, "Kita akan menjadikan setiap momen berharga di sini. Aku tidak sabar untuk melihat Little J tumbuh dan berkembang dalam keluarga kita."
Mereka berdua berbicara tentang rencana-rencana mereka untuk kamar little J itu, seperti menambahkan lukisan tangan bayi mereka di dinding dan menghias kamar dengan mainan-mainan yang akan membuat Little J tertawa. Mereka merencanakan berbagai aktivitas yang akan mereka lakukan bersama Little J di kamar ini.
Saat mereka duduk di kamar bayi tersebut, Jack dan Alana merasa penuh dengan rasa haru dan cinta. Mereka tidak sabar untuk menyambut kedatangan Little J, dan kamar tidur bayi yang indah ini adalah tempat di mana kenangan mereka bersama putra mereka akan dimulai.
Mereka berdua menghabiskan beberapa saat di kamar bayi itu, berbicara tentang impian dan harapan mereka untuk Little J. Kamar tidur itu adalah simbol awal dari petualangan baru dalam hidup mereka sebagai orangtua.
•••
Sebentar lagi ponakan online hadir ni!Sorry GABISA posting panjang chapter ini karena aku sedang banyak sekali tugas kuliah🙈
Sebentar lagi crita ini akan tamat ! Bagaimana perasaan kalian? Xixi. Terimakasih sudah menemani perjalanan cinta Jack dan Alana yang sudah ku tuangkan dalam bentuk cerita ini. Dukungan kalian sangat berarti untukku agar kedepannya bisa terus berkembang.
Kalian bisa cek Instagram untuk melihat spoiler-spoiler part cerita ini ya. Thanks in advance guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Jack's Obsession
RomanceBagaimana jika waktu liburan yang kamu pikir akan menyenangkan justru membawamu kesebuah sangkar tanpa pintu? Dimana seseorang yang tidak pernah kamu bayangkan kini sangat terobsesi denganmu. "Apa kamu pikir aku akan dengan mudah melepasmu hanya den...