Adrian merintih merasa perih sekujur tubuhnya. Rasa sakitnya sudah benar-benar tidak dapat ia tahan. Apalagi tak lama setelah itu Jack mengambil dua botol wine yang sudah terbuka dan membuat Adrian tidur terlentang. Pria itu kemudian menyiram Adrian dengan air wine membuat tubuhnya semakin memanas perih.
"Kumohon.. bunuh aku saja arghhhh aku sudah tidak kuat kumohon!"
"Sudah kukatakan bukan bahwa kini aku tidak menginginkan kematianmu. Aku hanya ingin kamu terus merintih dan meminta ampun hahaha!" Tawa Jack dengan tawa psikopat nya.
Adrian hanya pasrah dan terus memohon tanpa ada sahutan apapun lagi dari Jack. Pria itu cukup menikmati moment ini. Karena baru kali ini ia ikut turun tangan menyiksa bedebah gila ini. Selama ini Goerge lah yang melakukannya.
Hari yang mulai menunjukkan pukul 3 sore membuat Jack memilih mengakhiri sesi hari ini. Jack membiarkan Adrian terlentang dengan telanjang dan penuh luka diatas tanah kering itu setelah ia memasukan Xans kedalam kandangnya.
Saat Jack keluar dari ruang bawah tanah, ia disambut oleh Jessi.
"Tuan, maafkan kelancangan saya. Saya hanya ingin bertanya bagaimana kabar nyonya Alana? Apakah ia baik-baik saja? Saya sangat mengkhawatirkannya"
Jack menatap Jessi beberapa saat kemudian menjawab dengan nada datarnya.
"She's ok, siapkan barangmu dan pergi bersama Reynand. Ia akan mengantarmu ketempat tinggal baru kami." Jawab Jack berlalu dan keluar dari mansion itu menuju mobil hitam metalik yang hanya diproduksi untuknya sendiri.
Reynand yang sebelumnya bersama Jack hanya memahami bahwa mungkin Jack tak ingin diganggu. Sebenarnya Jack pergi ke mansion bersama Reynand yang menyupiri setelah mampir ke kantornya.
Di garasi mobil, Jack mempunyai sangat banyak koleksi mobil. Bahkan Jack juga memiliki mobil klasik karena saking sukanya ia mengoleksi mobil. Harga bukanlah masalah untuknya, apapun yang ia inginkan pasti ia dapatkan.
Jack meluncur meninggalkan pekarangan mansion. Diperjalanan menuju rumah, ia melihat ke jalanan matanya menemukan sebuah toko bunga, pikirannya langsung tertuju pada Alana. Gadis itu pasti akan senang jika ia membelinya.
Tak berpikir panjang, Jack menepikan mobilnya dan memasuki toko itu. Kehadiran Jack mampu membuat pelayan toko histeris kala kini dihadapan mereka adalah seorang Jack Charlton Dixon, triliuner yang terkenal sangat tampan, dingin dan.. menggoda.
"Tuan Jack?! Em ekhem apa ada yang tuan butuhkan? Saya akan dengan senang hati membantu" ujar salah seorang pelayan dengan genit. Jack mendengus dan mengabaikan orang itu.
Matanya menyusuri bunga-bunga disana dan pilihannya jatuh pada bunga mawar. Bunga yang melambangkan sebuah cinta.
"Bungkusan 100 tangkai bunga mawar dengan indah dan rapih." Kata Jack yang membuat pelayan itu segera melaksanakan perintahnya.
Sejujurnya pelayan itu cukup sadar bahwa pastinya bunga-bunga ini adalah untuk istri Jack. Bahkan Jack sangat dingin menanggapi nya membuat pelayan itu cukup tertampar oleh realita.
Setelah Jack membeli 100 tangkai mawar merah itu, ia kembali melanjutkan perjalanannya ke rumah yang dapat dikatakan sama seperti mansion karena ukurannya yang besar dan tentu sangat luas. Hanya saja Jack ingin menjadikannya sebuah rumah saja agar kehangatan didalamnya tetap terjaga.
Entah sejak kapan pria itu memikirkan sebuah kehangatan.
Drrrrt
Drrrrt
Panggilan telfon yang masuk membuat Jack mengalihkan perhatiannya dari jalanan dan mengangkatnya dengan menyentuh layar disebelah setir mobilnya.
"Jack kamu dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jack's Obsession
RomansBagaimana jika waktu liburan yang kamu pikir akan menyenangkan justru membawamu kesebuah sangkar tanpa pintu? Dimana seseorang yang tidak pernah kamu bayangkan kini sangat terobsesi denganmu. "Apa kamu pikir aku akan dengan mudah melepasmu hanya den...