Seorang Pria mematikan cerutunya dalam diam. Netranya menatap tajam pria paruh baya yang saat ini sedang bersimpuh dengan banyak luka disekujur tubuhnya.
Darah mengalir dari kaki, tangan bahkan perutnya, luka sayat tersebut masih sangat segar.
“Fabio” panggil Pria tersebut pada bawahannya yang kemudian memberikannya sebuah peluru untuk mengisi pistol yang selalu ia bawa didalam saku jasnya.
Pria tersebut berjalan mendekat kearah pria paruh baya itu. Pistol yang sudah terisi peluru itu bertengker manis digenggamannya.
Berbicara dengan nada rendah dan ekspresi yang tenang ,tanpa emosi tetapi mampu untuk membuat orang lain merasa terimidasi.
“Bertingkah seperti bawahan yang terlihat sangat loyal pada pekerjaanmu mungkin membuatmu merasa aku lengah. But see? I know everything. Sedikit saja aku lengah, mungkin kau akan memberikan kerugian yang cukup besar padaku pria tua.”
Pria itu mensejajarkan tubuhnya menatap pria paruh baya yang masih saja tutup mulut untuk melindungi atasannya meski sudah dihajar habis habisan oleh anak buahnya.
“Siapa yang menyuruhmu?”
“Aku tidak akan memberitahumu! Sampai aku matipun kamu tidak akan mendapat secuil informasi apapun dariku” dengan sedikit merintih kesakitan pria paruh baya tersebut berkata.
“Tch. Jadi meski mereka meminta bantuanmu, sampai matipun kamu akan diam saja?’’
Pria paruh baya tersebut memutar tubuhnya kebelakang mengikuti arah pandang lawan bicaranya, dimana disana ada istri dan anaknya yang terikat menggantung pada sebuah tiang yang memang ada diruang gelap dan pengap ini.
Mata mereka terpejam, entah apa yang terjadi yang pasti mampu memancing emosi pria paruh baya itu.
“Apa yang kamu lakukan Dixon!”
“Hanya memberimu kejutan. Bukankah itu yang membuatmu senang heh?” senyum miring terbit dari bibir tipis pria itu
“Jangan bawa bawa istri dan anakku. Mereka sama sekali tidak bersalah”
DOR!
“Marellyn!”
Pria yang dipanggil Dixon itu berdiri, menatap remeh pria pruh baya yang berjalan dengan tertatih mendekat kearah wanita yang menjadi istrinya itu. Wanita yang beberapa lalu ia tembak dibagian lengannya.
DOR!
Lagi, tangan pria tersebut melesatkan
pelurunya hingga menancap dibetis kiri pria paruh baya itu. Membuatnya terjatuh dan meringis kesakitan.“Aku bukan orang yang sabar dan suka bertele tele. Jawab pertanyaanku atau istrimu akan mati dihadapan mu dan anak perempuanmu ini pria tua”
”Tidak. Jangan sakiti mereka!”
“Sssh, bukan jawaban itu yang ingin ku dengar”
Pria itu berjalan dengan langkah pasti kearah pria paruh baya itu, kemudian menginjak betis yang terluka itu tanpa rasa kasihan. Rahangnya mulai mengeras, ia tek sesabar itu untuk berbasa basi.
“Sampai hitungan ketiga kau masih saja tutup mulut maka istrimu akan mati dan anakmu akan menjadi pemuas nafsu untuk 10 bawahanku yang sedang berjaga diluar. Bukankah itu menarik Arthur?”
“Baj- arghh”
“Berbicaralah sesuai dengan apa yang ku perintahkan!”
Pria itu terus menekan peluru yang masih menancap dibetis Arthur dengan kakinya yang berlapis sepatu pantofel mengkilat. Ia kemudian mulai berhitung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jack's Obsession
RomanceBagaimana jika waktu liburan yang kamu pikir akan menyenangkan justru membawamu kesebuah sangkar tanpa pintu? Dimana seseorang yang tidak pernah kamu bayangkan kini sangat terobsesi denganmu. "Apa kamu pikir aku akan dengan mudah melepasmu hanya den...