dari mantan yang tak pernah masuk story

27 6 3
                                    

Tanah merah yang labil Kehitam-hitaman, Terkikis secara alami berkamuflase menjadi jalan, Jalan setapak penghubung menuju jalan desa yang berbatu. Air berwarna cream kecoklatan menggenangi permukaan tanah yang bergelombang. Anak-anak bebek menari diatasnya.

50 meter dari tempat parkir, para tamu undangan yang datang harus berjalan kaki melewati tanah yang becek  untuk sampai ke rumah yang berada di ujung kampung. Itulah rumah risma, rumah yang hari itu tengah menggelar acara pernikahan. Orang-orang menyebutnya BJ. budak jero. Karena tidak ada rumah lagi setelahnya, yang ada hanya pesawahan dan kebun. Kalau musim penghujan suka banjir dan banyak kodok.

Dari H min tiga sampai ke H min satu, langit di ujung barat pulau jawa terus menangis membasahi bumi Pertiwi yang labil. Bersyukur di hari H nya tampak sedikit lebih berwarna Meskipun tetap di naungi semburat awan abu-abu. sinar matahari terhalang awan tipis mulai mengintip di atas kepala.

Tak sedikit tamu undangan yang datang saling berbisik dalam keluh, mengeluhkan akses jalan yang hancur dan rusak parah. Banyak juga yang bertanya-tanya mempertanyakan kinerja pemda setempat.

Sekumpulan petugas palawari tengah berjongkok membuat satu lingkaran mengelilingi senampan kue. Beberapa gelas kopi berjejer di hadapannya masing-masing.

petugas palawari, bisa di artikan sebagai pelayan dalam sebuah acara. Kedatangannya suka rela membantu sohibul hajat. Sudah menjadi paguyuban dan tradisi untuk saling bahu membahu. melibatkan semua lelaki yang ada di kampung tersebut. Tugasnya-pun beragam. Ada yang di tugaskan menjaga parkir, penerima tamu, pengangkut rantang, pencatat di meja tulis, pemupu piring kotor, sampai pengatur konsumsi. Semuanya di atur di bawah komando kepala pemuda.

Ada yang bilang 'no kopi, no party.' karena setiap kali ada yang nongkrong, disitu ada yang ngopi. Kopi merupakan ciri khas buat mereka.

Kopi adalah barang yang murah dan familiar di sana. Sering di jadikan alat basa-basi Sekaligus pembuka sebuah topik pembicaraan. Kopi juga bisa memperpanjang tali silaturahmi. Yang tadinya cuma mau singgah sebentar, bisa jadi lama setelah diajak ngopi bareng. Main kemana saja, bertamu kerumah siapa saja, yang pertama ditawarkan pasti ngopi.

Orang pandeglang terkenal santai, bahkan terkesan pemalas. Soal kekompakannya Jangan diragukan. Mereka sangat ramah dan murah senyum. tak perduli siapa yang ditemuinya, baik yang sudah dikenal maupun tidak, yang pasti mereka tidak akan sungkan-sungkan bertegur sapa.

    "A, ngopi a!" Pekik beberapa petugas palawari menawari danu saat melintas dihadapannya. Danu melambaikan tangan, membalas tawaran mereka dengan ucapan "terimakasih."

Suara musik instrumen tembang sunda semakin hangat di telinga, namun terasa panas di perut yang kian keroncongan. Suara musiknya mampu Merileksasikan pikiran. Bawaannya pengen tidur.

    "Silahkan silahkan!" Seru bapak-bapak penyambut tamu dengan outfit formal plus peci hitam ciri khas Muslim di Indonesia.

    "Waduh." Suara Keluh danu saat menunduk melihat sepatu sneakers putihnya terkena bercak lumpur. Harapan tampil perfeksionis jadi kurang sempurna. di ujung celana katun hitamnya pun juga terkena bubuk sekam padi.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas lebih. Dia melihatnya pada jam arloji di pergelangan tangan.
Di waktu yang hampir dzuhur  dirinya baru sampai. Sudah banyak melewatkan momen krusial. bahkan melewatkan semuanya. Seperti momen ijab qobul, serah Terima, sungkeman dan banyak lagi yang menjadi pernak pernik tradisi adat sunda dilewatkannya.

Pepatah pernah mengatakan: "lebih baik terlambat, dari pada terlambat banget." Meski ia sadar konsekuensinya akan ada banyak sekali ocehan yang menyinggung.

Sudah datang terlambat, sendirian pula. Bisa habis harga diri di injak injak. Tapi dia sudah mempersiapkan mentalitasnya sejak awal. Sindiran apapun tidak akan mempan padanya.

    "Apaan tuh?" Tubuhnya menjumbul tersentak kaget melihat papan karangan bunga yang ada di sisi kiri tenda pernikahan. Ia kaget bukan karena karangan bunganya yang mewah, Tapi karena Wording nya yang di anggap nyeleneh. Papan karangan bunga satu setengah meter persegi itu bertuliskan 'happy wedding ilham & risma.' tapi tidak ada nama pengirimannya, yang ada hanya tulisan 'dari mantan yang tak pernah masuk stori.'

    "dari mantan yang tak pernah masuk story.?" Danu tertawa geli. "Gila, Karangan bunga dari siapa nih? Mantannya ilham? apa mantannya risma? Ini sih pastinya dari mantan yang sakit hati. Kata-katanya aja frontal gitu."

Mendapati karangan bunga dalam pernikahan merupakan hal yang wajar dan biasa. Itu adalah bentuk apresiasi yang di tunjukkan pada pengantin. Memberi kesan dan kemeriahan sekaligus ungkapan ke pedulian. Karangan bunga bisa di berikan oleh siapa saja. perusahaan, keluarga, ataupun teman dekat. Tapi gak dari mantan juga dengan caption nyeleneh. Di letakan di depan pula, jadinya terlihat oleh semua orang. 

Karangan bunga tersebut bukan dari mantan siapapun. Melainkan dari rekan-rekan kerjanya ilham yang sudah terstruktur merencanakannya dari awal. Iseng biar jadi pusat perhatian.

Pernikahan adalah sebuah event yang tentunya di damba-dambakan oleh setiap orang. Jangankan yang masih lajang, yang sudah pernah menikah saja pun  masih mengharapkan bisa nikah lagi. Pernikahan juga di anggap sakral, berakhirnya sebuah hubungan dan di mulainya hubungan yang baru.

Wedding venue mengusung tema outdoor. Di gelar di halaman depan rumah risma. Dengan tenda dan dekorasi yang mengusung ala vintage. Klasik namun menawan. Bagi sebagian besar warga masyarakat pandeglang sangat jarang menggunakan gedung serba guna sebagai tempat pernikahan. Disamping harganya yang mahal, juga sangat sulit di temukan. Terkhusus bagi kampung terpencil.

Danu Berdiri tegap menyilangkan kedua tangan di bawah dada. Tatapan matanya nanar memandangi satu persatu wajah para hadirin. Terutama wajah para gadis.

    "Gak ada cewek yang cantik apa?" Ujarnya songong. Bola mata berputar mengintai para gadis. sayang, ia tak menemukan satu gadis pun yang di anggap menarik, tak seperti melihat perempuan tadi.

Pandangan jauh ke tribun Memandangi seksama pasangan yang baru saja di sah kan menjadi suami istri. (ilham dan risma)
Mereka tengah berdecak ria menyambut tamu-tamu yang naik menghampiri. Sayup-sayup bola mata terngiang dari para insan di bawah yang mendamba. Iri hati terbakar cemburu. Berontak pada nasib yang tak kunjung menjadikannya seorang pengantin.

Terlihat jelas dengan mata kepala sendiri, dimana Kebahagiaan itu terpampang di wajah ilham. Setelah bertahun-tahun lamanya bersusah payah, bekerja keras, menabung, mengumpulkan uang sebanyak mungkin, demi sebuah impian bisa meminangnya.

    "Apakah puncak kebahagiaan terletak pada pernikahan? Jika iya, kenapa yang sudah menikah acap kali bercerai? Dia telah banyak mengorbankan waktu demi kebahagiaan yang sesaat ini. Samawa bro! Lo telah menyelesaikan satu hubungan menuju hubungan yang baru. Sementara gw? Masih tanda tanya. Jangankan menikah, pacar saja belum punya."

Pandangannya lurus namun kosong. jiwanya terangkat terbang tinggi-tinggi. Ilusi merekayasa keadaan, hingga dia pun masuk ke dunia khayal. Danu mengkhayal jadi seorang pengantin bersama mira yang jadi pengantin perempuannya. dalam khayalan itu mira tampil mempesona, mengenakan kebaya putih berbahan brokat, mahkota Siger di kepala, kembang tajur di bagian belakang sanggung, ronce atau untaian bunga di biarkan menguntai ke bawah.

Seorang perempuan cantik datang menghampiri danu. Ramah tersenyum berseri kepadanya. Cipika-cipiki mencium pipi kiri dan kanan. Mira yang melihat aksi itu lantas melotot tak terima. Ia Langsung menampar wajah danu dan menjambak rambunya. Seketika itu juga danu menghentikan khayalannya sambil mengelus pipi.

     "Astaghfirullah, kenapa jadi ngehayalin dia sih?"

Tirakat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang