Suhu udara berubah beberapa derajat Celcius. Gumpalan awan hitam mengalami proses kondensasi membentuk butir-butir air. Langit pun tak kuasa menahan tangisannya. Menumpah-ruahkan gemericik di jagat bumi Pertiwi. Memupus sebagian harapan. Mengubur mimpi dalam-dalam. Tak disangka, malam yang dinanti itu sedikit mengecewakan.
"Dan dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa Dan menyebarkan rahmatnya. Dan dialah maha pelindung, maha terpuji". (Qs asy-syura ayat 28.)
Di pangkalan badak kulon, suasana yang tadinya ramai oleh hiruk-pikuk tawa manusia, telah lenyap tergantikan gemuruh air hujan. Sebagian orang masih bertahan. Duduk sama rata, berdiri tanpa mahkota di kedai pak Burhan. Sebagian lagi pamit undur diri. Mau melanjutkan sisa malam mingguan nya di alam mimpi.
Dengan resah Danu melirik jam dipergelangan tangan. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh lebih. Hampir mendekati jam sebelas malam. Ada beberapa hal yang masih terpikirkan olehnya. pertama memikirkan Mira yang tak kunjung datang. Ia mencium lagi aroma Dejavu. seperti yang pernah terjadi di warung ce eem.
kedua memikirkan hapenya yang entah tertinggal dimana. Ketiadaan hapenya itu membuatnya sulit berkomunikasi dengan Mira.
Di cuaca yang sedang hujan dan waktu yang terus bergerak menuju larut, asanya makin menyurut. Bisa dipastikan mira tidak akan datang. Hanya satu yang jadi pertanyaan, "mira kemana?" Ia menganggap Mira mengingkari janjinya. Tanpa dia tahu kalau Mira tengah meratapi kesedihannya di halte traffic light tugu jam alun-alun Pandeglang.
"Dan." Jaki datang menyapa. Menepuk pundak dari belakang. Percikan air dari rambutnya yang basah mengenai pipi. Tanpa permisi lagi ia menyeruput kopi di atas meja dihadapan Danu. "Sstt.. ah." Mendesah nikmat.
"Belum balik?" Tanya Danu Laun.
"Belum."
"Kenapa?"
"malam mingguannya belum habis." Balasnya guyon sambil mengambil rokok Danu sebatang. "Si salsa udah balik Tah?" Tanyanya dengan mulut berasap.
"Udah, Tadi diantar sama Adam." Danu sendiri yang menyuruh Adam untuk mengantarkannya. Meski salsa maunya diantar sama Danu.
"Reymon dan salsa beneran putus?"
"Begitulah." Berita putusnya hubungan asmara Reymon dengan salsa bukanlah spekulasi lagi, melainkan fakta. Hal itu diklarifikasi langsung oleh Danu.
"Ngomong-ngomong ente punya janji sama cewek apa enggak malam ini?" Timpal jaki lain topik.
Danu tersentak kaget bercampur heran. darimana dia bisa tahu kalau dirinya punya janji dengan seorang wanita.
"Meni kaget kitu sih? Santai aja atuh! Tinggal Jawab Iya atau tidak doang!"
"Iya, Memangnya kenapa?" Danu menganggukan kepala membenarkan.
Jaki tersenyum. Sengaja mempermainkan supaya timbul rasa penasaran.
"Jangan cengar-cengir seperti itu Jak! Hayo katakan, ada apa?"
"Woles atuh woles! nanti juga di ceritain. He he."
"Cepetan keburu subuh.!"
"Jadi begini dan, tadi tuh ada seorang wanita cantik datang kesini. Kecantikannya sangat luar biasa. Nabila Syakieb mah lewat pokoknya. Perempuan itu bernama Mira."
"Mira?" Spontan Danu kaget. Seketika itu juga bulu kuduknya merinding. "Kapan?" Lirihnya hampir tak bersuara.
"Tadi sebelum hujan. Dia ketemu ane di gapura. nanyain ente. Terus ane anter tuh masuk kesini. Niatnya mau bawa dia kehadapan ente. Eh gak taunya ente lagi berpelukan sama salsa."
