bab 36

34 5 0
                                    

    "Sebulan yang lalu, saya dan Leni juga kesini. Dia tidak banyak mengeluh seperti dirimu. Dia lebih santai dan strong. Dia juga bisa berinteraksi dengan alam. Kamu tahu, kenapa dia bisa kuat dan tidak banyak mengeluh seperti ini?"

    "Kenapa?" Sahut Mira malas.

    "Karena dia menikmati setiap langkahnya. Kamu pun demikian, tidak akan merasa lelah jika setiap langkahnya dinikmati."

Siapapun akan merasa ilfeel jika dibanding-bandingkan dengan orang lain. Tak terkecuali Mira yang juga enggan mendengarnya. Ia membuang pandangannya. Tak terima pernyataan itu. Tak sepatutnya Danu membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.

Ketika nama Leni disebut, Mira jadi teringat kembali pada nama perempuan yang satu itu. Nama yang sering digaungkan oleh Danu dan teman-temannya. Dulu, ia sangat penasaran dan pernah menanyakannya kepada Danu, namun Danu tidak pernah menjelaskan secara spesifik latar belakangnya. Hal itulah yang selalu membuat Mira penasaran, dan semakin ingin tahu tentang siapa sosok Leni yang sesungguhnya.

    "Kalau boleh tahu, sebenarnya Leni itu siapa? Kenapa namanya seperti primadona? Hampir semua teman-teman mu sering menyebutnya? Termasuk om dan tantemu juga."

    "Kamu ingin tahu siapa dia?"

    "He'em." Mira mengangguk membenarkan. Ia sangat ingin tahu sekali kepadanya.

    "Saya sarankan, lebih baik jangan mengenalnya!"

    "Kenapa?" Mira bertanya-tanya keheranan. Kenapa Danu menyarankan tidak boleh mengenalnya? Apa karena dia takut hubungannya dengan perempuan itu rusak? Atau gimana?

    "Pokoknya jangan! Saya khawatir kamu cemburu."

Mira tertawa mendengarnya.

    "Cemburu? Ah masa sih...? Memangnya dia siapa dirimu?"

    "Dia bagaikan malaikat yang diutus oleh tuhan, untuk menutupi segala kekurangan dan kebutuhan saya. Apapun yang saya inginkan, dia pasti penuhi. Jangankan yang bersifat materi, jiwanya sekalipun akan dia serahkan jika saya menginginkannya."

Mira hanya tersenyum dan menggigit ujung bibirnya. Ia belum menemukan kata-kata yang tepat untuk bicara.

    "Mau saya sebut dia sebagai pacar, tapi kami tidak punya ikatan. Mau saya sebut sebagai teman, tapi kadarnya lebih daripada itu. Dia bagaikan cerminan diri saya sendiri. Bagaikan pohon pinang dibelah dua. Karakter kita sama, prinsip kita sama, hobi kita pun juga sama."

Dari semua penuturan danu, Mira jadi bingung menyimpulkannya. Menyimpulkan Status hubungan Dia dan Leni. Sahabat bukan, pacar pun bukan, lantas apa? Mira menganggapnya tidak jelas.

    "Leni tuh tidak cuma cantik, tetapi unik. Manjanya, lugunya, rewelnya, dan keisengannya, suka membuat saya tertawa.  tidak ada kata membosankan jika bersamanya. Bundanya seorang dokter. Kalau saya sakit, tinggal minta obat doang padanya. Ayahnya seorang pejabat yang sangat dihormati. Jika di jalan saya kena tilang polisi, maka tinggal telpon ayahnya saja! Dan polisi itu akan melepaskan saya. Itulah untungnya dekat dengan dia."

Pikiran pesimis Mira mendadak muncul ketika Danu terus-terusan menyanjung Leni. Kepalanya makin dipenuhi pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat dadanya terasa sesak.

    "Beruntung banget ya, jadi dia? Punya segalanya. Memang paket komplit. Tidak seperti diriku yang hanya seorang anak petani. Cantik? Tak begitu cantik-cantik amat. Pintar? Juga tak pintar-pintar banget. Kalau bodoh, iya. Apa yang bisa dibanggakan dari diriku ini? Tapi segini juga Alhamdulillah, bersyukur." Balas Mira menanggapinya setelah beberapa saat tadi menutup mulut. Nada bicaranya berangan-angan, lemah, tak digdaya lagi. Wajahnya pun kian layu, lebih banyak menunduk, ketimbang mendongak. Namanya manusiawi, pasti ada saja rasa iri hatinya didalam dada.

Tirakat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang