bab 47

37 3 0
                                    

Ada yang bilang kalau hidup ini sukar dimengerti. Dalam waktu satu jam kedepan saja tidak ada yang tau apa yang akan terjadi. Hal ini menandakan bahwa hidup penuh misteri. Bahkan ilmu pengetahuan saja tidak dapat memecahkan misterinya. Karena pada analisis terakhirnya manusia sendirilah yang menjadi bagian dari misteri yang sedang coba dipecahkan itu.

    "Yasudah atuh hati-hati Saja di jalannya. Jangan ngebut dan jangan lupa beli oleh-oleh buat Danu!" Ucap Leni sesat sebelum menutup sambungan telponnya dari sang kekasih. Setelah beberapa saat tadi mendapat kabar kepulangan kekasihnya dari bandung.

Leni merebahkan tubuhnya di atas kasur. Pikirannya melayang meronta-ronta mempertanyakan kredibilitas sosok Mira. Seperti apa orangnya? Seperti apa kelebihannya? Sampai-sampai bisa membuat Danu jatuh hati. Apakah dia seperti Sarah istri nabi Ibrahim? Yang memiliki kecantikan luar biasa, sehingga terkenal sebagai salah satu perempuan terbaik di muka bumi.

Ngadak-ngadak Leni jadi penasaran. Seperti mengalami sindrom curiosity. Sebuah rasa ingin tahu yang kuat yang timbul karena belum mendapatkan informasi atau jawaban dari pertanyaannya sendiri. Terlebih ia belum melihat sosok Mira sekalipun.

    "Ih Kenapa jadi penasaran seperti ini sih? Apa aku datangi saja ke asramanya lagi ? Siapa tahu kali ini ketemu. Si Danu kemana lagi nih enggak ada kabarnya?"

Setelah dipertimbangkan cukup matang akhirnya Leni memutuskan akan mendatangi Mira ke asramanya lagi. Ia akan berangkat seorang diri tanpa Danu. tanpa sepengetahuannya juga.

Pukul delapan malam ia tiba di ponpes modern al-itihad. Ia menghentikan mobilnya tepat didepan gerbang pintu masuk. Lalu turun dan berjalan menghampiri pak sekuriti.

    "Assalamualaikum." Ia memberikan salam ramah-tamahnya pada pak sekuriti yang sama yang pernah ia temui sebelumnya.

    "Waalaikumsalam." Sahut pak sekuriti tak kalah ramah.

    "MET malam pak." Timpal Leni dengan small talk nya. Sebuah percakapan kecil sebelum masuk ke inti pembicaraan. Atau istilah lainnya basa-basi.

    "Malam juga." Balas pak sekuriti lagi. Pak sekuriti agak salting lantaran Leni memberikan senyum manisnya. Pak sekuritinya masih muda, dan masih bujangan. Jadi wajar kalau dia agak salting disenyumin oleh wanita secantik Leni.

    "Masih ingat dengan saya?" Tanya Leni menguji daya ingatnya.

Pak sekuriti terhenyak, ia berusaha mengingat-ingat wajah Leni. Rasanya pernah melihat, tapi lupa lagi dimana. Pak sekuriti tidak mengingat wajah Leni dengan baik.

    "Masa enggak ingat saya lagi sih pak?"

Pak sekuriti mengulum senyum, mau bilang samar tapi rasanya malu.

    "Saya yang waktu itu datang kesini mencari Mira."

    "O.... Yang waktu itu datang berdua sama seorang pria itu ya?"

    "Iya, itu ingat."

    "Tadi juga agak samar. Mau di tebak takut salah. Kesini lagi pasti mau menemui ibu Mira lagi ya?"

    "Benar. Kira-kira ada apa enggak orangnya?"

    "Kurang tau tuh. Apa perlu saya tengok ke asramanya dulu?"

    "Sekalian saja saya ikut."

    "Hayu atuh."

Dua orang itu bergegas masuk ke kawasan ponpes modern al-itihad menuju asrama putri. Dalam perjalanannya pak sekuriti lebih banyak diam. Ia hanya akan bicara jika Leni bertanya. Leni tidak banyak bertanya. Ia sedang membayangkan kata apa yang akan diucapkan nanti saat berjumpa dengan Mira.

Tirakat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang