mimpi itu lagi.

21 1 0
                                    

Ketika fajar menjelang, cahaya kemilau kemerah-merahan muncul di ufuk langit sebelah timur sesaat sebelum matahari naik ke atas cakrawala.

    .” As-sholatu khoirum-minannaum. as-sholatu khoirum-minannaum." Gema adzan subuh berkumandang di udara, menyerukan panggilan kepada semua insan agar bangun dan menjalankan kewajibannya sebagai muslim. Sesuai dengan perintah Alloh dalam al-quran.

    "Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam. Dan (dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu di saksikan oleh para malaikat." (Qs al-isra ayat 78)

    "Ra, bangun ra, bangun. Udah Subuh nih, sholat dulu gih!" Seru sang ibu mengingatkan dari balik pintu kamarnya sambil mengetuk beberapa kali.

Tak butuh waktu lama untuk mendengar Jawabannya, saat itu juga langsung di balas oleh meera. "Iya bu. Ini juga udah bangun."

Meera sudah bangun satu jam yang lalu. Sudah melaksanakan sholat tahajjud.  Sudah selesai membaca ayat-ayat suci alquran. Masih punya wudhu. Bahkan mukenanya saja belum ia lepas. sengaja tak tidur lagi demi menunggu datangnya waktu subuh.

Ia percaya, waktu subuh adalah waktu yang sangat istimewa untuk mendekatkan diri pada sang Pencipta. Di waktu itu juga para malaikat turun menyaksikan orang-orang yang melaksanakan sholat subuh tepat waktu. Para malaikat juga senantiasa mendoakan serta mengaminkan segala bentuk doa dari hamba-hamba allah yang bertakwa.

Setelah memastikan meera bangun, ibunya bergerak ke ruang tamu untuk melihat keadaan danu disana. Di lihatnya danu masih tertidur pulas, bahkan ngorok. Ia tidur di atas sofa berbantalkan sebelah lengan. Bukan tidak ada bantal, melainkan bantal yang di pakaiannya semalam sudah jatuh ke atas lantai.

Ibunya meera menggelengkan kepala berulang kali dengan tatapan sayup ke arah danu. "Nak danu belum bangun rupanya. Enggak takut ketinggalan sholat subuh apa? Itu bantal kenapa enggak di pake? Malah lengan sendiri yang di jadikan bantal. Hemm aya-aya wae." Kata ibunya meera ngedumel sendiri. Walaupun begitu tak sampai hati kalau harus membangunkannya.

Di sisi lain, di dalam kamar. Meera duduk diantara dua sujud di atas hamparan sejadah. Ia menadahkan kedua telapak tangannya setinggi dada. Berdzikir, bersholawat, dan berdo'a kepada Alloh. Berdoa memohon ampunan, memohon perlindungan, juga meminta kebahagiaan. Lalu di tutup dengan aamiin dan mengusap seluruh bagian wajah.

...

Mentari pagi tak lagi malu menunjukkan wujudnya. Sentuhan lembut cahayanya mulai menyapa dunia. Tidak ada lagi yang menghalanginya untuk bersinar. Pesona langit memancar indah bergaun putih. Memberikan sebuah gambaran bahwa hari akan berjalan dengan cerah.

Keluar dari kamar dengan handuk di pundak. Satu yang menjadi pertanyaan dalam benaknya: "danu, sudah bangun apa belum yah?" Menarik untuk menengoknya lebih dulu.

Di atas sofa danu masih tidur. Apa yang di lihat meera sama dengan apa yang di lihat ibunya barusan. Danu belum bangun, belum bergeming, bahkan posisinya tak berubah sedikitpun, masih sama berbantalkan sebelah lengan.

    "Dih, kok belum bangun? Apa jangan-jangan enggak sholat subuh lagi?"

Meera tak berani membangunkannya, karena bagaimana pun danu adalah tamu di rumahnya. Dan tamu ibarat raja yang harus di hormati. Meera hanya mengambilkan bantalnya, lalu ia letakan di bawah kepala danu.

Sejurus kemudian setelah meera selesai mencuci piring, mencuci baju, sampai beres mandi. Ia kembali menengok danu hanya untuk sekedar memastikan sudah bangun apa belum dari tidurnya. Ternyata belum juga.

    Yasudah, Ia abaikan sejenak lalu masuk kedalam kamar untuk berganti baju. Selesai berganti baju dan merias diri, untuk kesekian kalinya ia melihat danu belum juga bangun. Mulai dari detik itu ia memperingatkan jika sampai ia kembali lagi, dan danu belum juga bangun, ia tak segan-segan akan mengguyurnya pakai air.

Tirakat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang