bab 30

31 5 0
                                    

Kesunyian merambat pelan bersama rintik hujan yang enggan mereda. Melankolis sempat terjadi ditengah-tengah tetesan air yang membawa pesan keindahan didalam kesederhanaan. Suara hujan itu  bagaikan syair yang dilantunkan oleh alam. Menghidupkan jiwa dan mengisi hati dengan keajaiban. Ketika jatuh dalam pelukan malam, maka hati dapat merasakan harmoni yang tak terucapkan. Keindahan tak selalu berada dalam genggaman matahari.

Danu dan Mira seperti kehabisan kata-katanya. Padahal banyak sekali bahan yang ingin ditanyakan sebelumnya. Tapi semuanya mendadak amnesia saat hendak dituturkan. Danu asyik sendiri menikmati kepulan asap rokoknya. Sedangkan Mira hanya bisa memainkan jemari tangannya.

Danu melirik jam dipergelangan tangan. Gayanya seperti orang penting yang menunggu waktu. Mira pun demikian. Ikut-ikutan melihat jam dipergelangan tangannya.

    "Hujannya kapan berhenti ya?" Gumam Mira menatap kosong.

    "Biarin. Itu hak prerogatif tuhan."

Mira melirik kembali jam dipergelangan tangannya. Dimana waktu pada saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas lebih. Diwajahnya terlihat seperti ada sesuatu yang mengganjal. Seperti menyimpan keresahan. Ia memikirkan pintu gerbang asrama yang mungkin sudah ditutup. Ia memikirkan akan pulang kemana? Ia tahu sendiri kalau rumah Danu sangat jauh. Apalagi rumahnya.

    "Kenapa?" Tanya Danu saat menyadari ada keresahan dimatanya.

    "Hem?" Mira berdehem menoleh cepat ditengah perlamunannya. Ia menggelengkan kepala seolah tidak ada apa-apa.

    "Kalau mau pulang, bisa saya antar." Timpal Danu menawarkan.

    "Percuma."

    "Percuma?" Spontan Danu menirukan. Ia tidak mengerti apa maksudnya.

    "Pintu gerbang ponpes ditutup jam sepuluh. Sedangkan ini sudah jam berapa? Sudah jam sebelas lebih. Pulang ke asrama juga percuma. Pasti tidak akan dikasih masuk oleh pak sekuriti."

    "Biar saya yang ngomong sama pak sekuritinya."

    "Tidak tidak! Nanti buat ulah lagi."

    "Yasudah kalau begitu. Terus, kamu mau tidur dimana malam ini?"

Mira menggedikkan bahu tak tahu mau tidur dimana. Dia sudah pasrah.

    "Nginep di hotel aja yuk!" Danu bergurau mengajaknya tidur di hotel.

Mira tersentak kaget. Tubuhnya menjumbul keatas. Otaknya langsung traveling membayangkan kemana-mana. Dia tahu hotel identik dengan hal-hal yang berbau mesum.

    "Enggak ah. Takut kamu berbuat macam-macam. Kamu kan otaknya mesum. Otak bajingan tidak pernah waras."

Danu tertawa disebut otak bajingan yang tak waras. "Tenang! Saya tidak akan berbuat macam-macam. Paling semacam doang."

    "Kalau pun aku mau, memangnya kamu punya uang buat sewa kamar hotelnya?"

    "Itu dia masalahnya. Saya tidak punya."

    "M.. dasar kere. Sosoan ngajak ke hotel segala."

Mira benar, Danu memang kere. Dari ketidak punyaan itulah yang Alhamdulillah menghindarkannya dari kemaksiatan.

    "Kamu akan tidur dimana?" Tanya Mira.

    "Atuh dirumah. Masa dikebun?"

    "Maksudnya dirumah siapa?"

    "Dirumah orang lah. Masa dirumah hantu?"

Berbicara dengannya, Mira harus banyak-banyak bersabar. Karena Danu itu orangnya menyebalkan.

Tirakat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang