Hampir sebulan ini cuaca kurang begitu bersahabat. Berita di Afrika Timur mengalami kekeringan. Sedangkan di Thailand terjadi kebanjiran. Di Indonesia sendiri, khususnya di daerah Pandeglang tengah mengalami musim pancaroba. Kadang hujan, kadang panas.
Pukul empat sore hari, dikala cuacanya sedang cerah, Danu dan Leni berniat menemui Mira ke asramanya. Dibeberapa tempat disepanjang jalan, sepasang muda-mudi tampak bercengkrama mesra. Diantara mereka masih ada yang menggendong tas dan berseragam sekolah. Menandakan bahwa mereka baru keluar sekolah, dan belum sempat pulang kerumah.
Suasana senja diluar rupanya lebih menarik bagi mereka daripada suasana senja dirumah. Bercengkrama dengan sahabat, maupun dengan sang pujaan hati rupanya lebih mereka pilih daripada bercengkrama dengan keluarga dirumah.
"Didepan sana ada sebuah ponpes, nanti berhenti!" Ucap Danu mengingatkan Leni sesaat sebelum mobilnya melewati pondok pesantren modern al-itihad.
"Mira mondok di pesantren itu?" Tanya Leni.
"He'em." Sahut Danu singkat.
"Widih... Hebat lho, ngedeketin nya seorang ustadzah?"
"nyari yang ngerti agama."
Tepat didepan pondok pesantren modern al-itihad, Leni menghentikan laju mobilnya. Danu menunjuk kearah warung diseberang jalan, warungnya ce eem. Ia menyuruh Leni agar memarkirkan mobilnya disana.
Tanpa banyak kata lagi Leni langsung mengikuti instruksi darinya, memarkirkan mobilnya didepan warung ce eem. Lalu keduanya pun sama-sama turun.
"Assalamualaikum, ce!" Danu mengucapkan salam serta memanggil ce eem dari depan.
"Waalaikumsalam." Sahut ce eem dari dalam sambil berjalan setengah berlari menghampiri.
"E... Si Aa kasep rupanya yang datang. Kemana aja nih baru kesini lagi?" Tanya ce eem begitu heboh.
"Biasa ae ce, sibuk ngurusin persoalan cinta."
"Hem... Ngurusin persoalan cinta mah enggak bakalan kelar sampai dunia kiamat juga. Eh ngomong-ngomong ini siapa? Cantik kali."
"Tebak aja! Siapa kira-kira?"
"Pacarnya yah?"
"Bukan."
"teman?"
"Bukan."
"Saudara?"
"Bukan juga."
"Siapa atuh?" Ce eem mulai bingung ketika semua tebakannya tidak ada yang benar. Ia kehabisan bahan untuk bisa menebaknya lagi.
Pacar bukan, teman bukan, saudara juga bukan, lantas siapa?"Istri."
"Hah istri?" Ce eem kaget, mulutnya sampai menganga selama beberapa detik. Ia antara percaya dan tidak percaya mendengarnya. "Yang bener sih?"
"Ih gak percaya si Cece mah. Tanyakan saja pada dia!"
Leni mengulum senyum ketika melihat bestinya mengibuli orang lain. Ia tahu, Danu memang suka seperti itu. Jadi sudah tidak mengherankan lagi untuknya.
"neng gelis, beneran si Eneng teh istrinya si Aa ini?" Tanya ce eem memastikannya pada Leni.
Leni membuka mulutnya dan tertawa. 'ha ha ha.'
"Jangan dipercaya! Dia mah rada konslet."
"Hih si Aa mah suka bikin penasaran aja. Kirain beneran istrinya, gak tahunya bukan. Hampir deh ce eem patah hati. He he. Yasudah atuh mending kita masuk, bercandanya didalam saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tirakat Cinta
Любовные романыTerdengar suara percakapan dari kamar pasien. Rasanya seru untuk menyimak. Siapa tahu isi percakapannya membicarakan dirinya. Meera tidak langsung masuk, melainkan menguping pembicaraan dari balik kaca jendela. Di balik kaca jendela tak ber tirai m...