sepenggal kisah terciptanya pangkalan badak kulon

44 5 0
                                    

Bagi sebagian orang malam merupakan tempatnya untuk beristirahat, untuk merelaksasikan tubuh dari rasa lelah. Tetapi tidak bagi mereka yang masih terjaga di pangkalan badak kulon.

Suasana di pangkalan badak kulon malam itu masih ramai, Terutama di kedai pak burhan. Ada yang lagi berbincang, ada yang lagi melamun, ada yang bercumbu, ada yang bermain gitar, ada yang bernyanyi, dan ada pula yang berjoget riya Seakan tidak ada kesedihan yang dipertontonkan oleh mereka.

Pangkalan badak kulon yang berlokasi di gardu tanjak itu tempatnya dipinggir kali, disebrang perumahan pandeglang asri. Tempat itu punya story, dan danu tahu sejarahnya. Bisa dibilang dia paling senior di sana, maka tak heran jika ada yang memanggilnya 'komandan.'

sebelum direvitalisasi menjadi indah dan digunakan sebagai markas besar pasukan badak kulon, dulunya tempat itu hanyalah tempat pembuangan sampah yang bau dan mengerikan.

Bram, muksin, ihsan, jejen, serta danu merupakan pendiri pertama tempat itu. Awalnya mereka hanya sekumpulan anak muda yang suka bernyanyi di pinggir jalan dan suka nongkrong di alun-alun kota.

Danu yang kala itu masih duduk di bangku SMA, hanya ikut-ikutan jadi anak jalanan karena terobsesi pengen bisa bermain alat musik, terutama gitar.

Bram yang usianya lebih tua dari danu, terjun ke dunia jalanan setelah merasa tidak mendapat perhatian di rumah. keluarganya kurang harmonis. Dia merupakan dampak dari broken home.

Sedangkan muksin, ihsan, dan jejen memang berasal dari keluarga miskin. Mereka putus sekolah sejak SD. Sebelum jadi pengamen mereka bertiga berprofesi sebagai penjual kopi keliling di alun-alun pandeglang.

Semakin hari jumlah anggota mereka semakin bertambah. Dari lima menjadi tujuh, dari tujuh menjadi belasan. Sejak saat itulah mereka membentuk gengnya dengan nama 'pasukan badak kulon.'

Perkembangan kota semakin hari semakin berevolusi. Pemerintah mulai berlomba memperbaiki dan mempercantik tatanan kota. Alun-alun pandeglang tempat mereka nongkrong mulai direnovasi, mau tidak mau mereka harus mencari tempat nongkrong yang baru.

Suatu hari mereka pergi meninggalkan alun-alun kota. Berjalan menyusuri pinggir kali tanpa arah dan tujuan yang pasti. Ditempat yang sekarang menjadi markas besar pangkalan badak kulon itulah dulunya mereka melihat tumpukan sampah yang sudah menggunung menghalangi aliran kali.

Bram terdiam sejenak penuh rasa ngilu. Dia Sangat prihatin melihatnya, Melihat tingkah manusia yang tidak bisa menjaga lingkungan dengan baik. Bram berpikir, jika sampah-sampah itu terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin suatu saat nanti akan menimbulkan bencana.

Dengan spontannya bram berkata, "di sini kita jadikan markas!"

Semua yang mendengar pernyataannya kala itu dibuat tercengang hingga melongo sampai menutup hidung dan mulut. Mereka menganggap ide bram sudah gila. Masa iya tempat sekumuh dan sebau itu mau dijadikan markas? Yang benar saja?

Terjadilah pro dan kontra diantara mereka saat itu. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju.

     "Yang setuju tetap disini! Yang tidak setuju silakan pergi!" Kata bram memberi pilihan sekaligus ingin tahu ada berapa orang yang setuju dengan idenya.

Bram memiliki watak yang tegas, serta punya intuisi yang tajam. Tapi dia orangnya sangat simpel, kalau setuju ya ayo! Kalau tidak setuju dipersilahkan pergi.

Sebagian anggotanya memilih pergi lantaran tidak setuju dengan ide gila bram. Sebagian lagi tetap bertahan demi menjunjung rasa solidaritas. Yang masih bertahan itu diantaranya, danu, muksin, ihsan, dan jejen. Mereka berpikir dengan membersihkan kali  itung-itung beramal saja. Karena mereka tahu bahwa kebersihan itu sebagian daripada iman. Urusan beres dan tidaknya gimana nanti. Karena mereka sendiri pun tidak yakin tempat sekumuh itu akan jadi tempat nongkrongnya.

Tirakat Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang